Loading
Kota berusia 300 tahun muncul di waduk yang mengering. (Foto The Independent)
JAKARTA, ARAHKITA.COM - Sebuah kota tua yang tenggelam di Filipina muncul kembali setelah gelombang panas yang hebat mengeringkan sebagian bendungan besar.
Sisa-sisa Kota Pantabangan di kawasan Nueva Ecija, yang terletak di tengah waduk bendungan, selama ini jarang muncul, meski permukaan air waduk sangat rendah.
Kota itu konon berusia hampir 300 tahun ketika ditenggelamkan pada tahun 1970-an untuk membangun waduk.
Setiap kali masyarakat setempat melihat sekilas pemukiman tua tersebut, mereka berduyun-duyun datang.
Kini, kota tua itu bisa dilihat jelas akibat panas ekstrem yang mengeringkan waduk. Padahal, sejak waduk dibangun, kota tua itu hanya terlihat sekilas dan itu pun baru enam kali karena air waduk surut.
Munculnya kota tua tersebut, kini menjadi objek wisata. Pengunjung mengambil foto di pemakaman umum dan auditorium lamanya.
Untuk mencapai lokasi, wisatawan menempuh dua kali naik perahu dari bendungan Pantabangan dan mendapat waktu 40 menit untuk menghabiskan waktu di sana.
Filipina, bersama dengan sebagian besar negara di Asia Tenggara dan Asia Selatan, terguncang suhu ekstrem yang menyebabkan penutupan sekolah-sekolah di beberapa negara dan peringatan kesehatan yang mendesak di seluruh wilayah.
Filipina memerintahkan jutaan siswa di sekolah negerinya untuk tinggal di rumah pada hari Senin.
Pada hari yang sama, Myanmar mencatat suhu tertinggi di bulan April sebesar 48 derajat celcius. Beberapa kota di Myanmar masuk dalam daftar tempat terpanas di dunia pada minggu lalu.
Bangladesh juga terpaksa menutup semua sekolah dasar untuk kedua kalinya pada musim panas ini karena suhu mencapai 43 derajat celcius, sementara India melaporkan dua kematian lagi akibat dugaan serangan panas.
Di Thailand, tercatat 30 orang meninggal akibat serangan panas antara Januari dan 17 April 2024.