Loading
WHO: 10.000 Jenazah Masih Terkubur di Reruntuhan Gaza. (Indonesiadefense.com)
JAKARTA, ARAHKITA.COM - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan bahwa setidaknya 10.000 jenazah warga Palestina masih tertimbun di bawah reruntuhan bangunan yang hancur akibat agresi militer Israel di Jalur Gaza.
Direktur Regional WHO untuk kawasan Mediterania Timur, Hanan Balkhi, mengatakan selain jumlah korban jiwa yang belum dapat dievakuasi, terdapat sekitar 15.000 warga Gaza lainnya yang sangat membutuhkan pertolongan medis segera. Dari jumlah tersebut, sekitar 7.500 orang telah berhasil dievakuasi untuk menjalani perawatan. Namun, ia menekankan bahwa ribuan lainnya masih menunggu akses keluar dari zona konflik untuk mendapatkan layanan kesehatan yang memadai.
WHO terus mendesak otoritas Israel agar membuka akses kemanusiaan, termasuk izin untuk mengevakuasi pasien dan memasukkan bantuan medis ke Gaza. Balkhi menyebut ada hampir 51 truk bantuan yang tertahan di perbatasan, membawa berbagai kebutuhan vital untuk penanganan darurat, namun hingga kini belum diizinkan masuk.
"Komunikasi terus dilakukan, permohonan berulang kali kami ajukan, namun responsnya jauh dari memuaskan," kata Balkhi dalam pernyataan resmi dilansir Antara.
Situasi kemanusiaan di Gaza terus memburuk sejak agresi dimulai. Akses terhadap layanan medis menjadi semakin sulit seiring rusaknya infrastruktur kesehatan dan terbatasnya jalur distribusi bantuan internasional. WHO dan lembaga-lembaga kemanusiaan lainnya kini berpacu dengan waktu untuk menyelamatkan korban yang masih hidup di tengah krisis berkepanjangan.
Pada 16 Mei, Angkatan Bersenjata Israel (IDF) mengumumkan operasi militer baru di Gaza bernama "Gideon's Chariots" (Kereta perang Gideon). Operasi tersebut diklaim Israel bertujuan untuk sepenuhnya menghancurkan Hamas.
Pemimpin otoritas Zionis Benjamin Netanyahu, pada 18 Mei, mengumumkan bahwa pihaknya akan mengizinkan masuk bantuan pangan ke Gaza demi mencegah bencana kelaparan, namun dalam jumlah terbatas. Keputusan tersebut mengundang kecaman dunia.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengkonfirmasi bahwa hanya ada 9 truk bantuan yang diizinkan masuk wilayah kantong tersebut. Mereka menyebut bantuan kemanusiaan yang masuk pertama kali sejak Maret itu sekadar "setetes air di lautan".
Pada 18 Maret, Israel kembali melancarkan serangan ke Jalur Gaza, dengan alasan gerakan perlawanan Hamas menolak rencana gencatan senjata yang diusulkan Amerika Serikat dan berakhir pada 1 Maret.
Awal bulan itu, Israel juga memutus pasokan listrik ke instalasi penyulingan air laut di Gaza dan melarang masuknya truk-truk bantuan kemanusiaan.