Rabu, 31 Desember 2025

Biar tidak Salah Kaprah, Spesialis Urologi Jelaskan Perbedaan Vasektomi dan Kebiri


 Biar tidak Salah Kaprah, Spesialis Urologi Jelaskan Perbedaan Vasektomi dan Kebiri Spesialis Urologi RSIA Gunung Sawo, Semarang, dr. Dimas S. Wibisono. (Antaranews/Antara/Lintang Budiyanti Prameswari)

JAKARTA, ARAHKITA.COM - Spesialis urologi dari Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Gunung Sawo, Semarang, dr. Dimas S. Wibisono, memberikan penjelasan mengenai perbedaan antara prosedur kontrasepsi jangka panjang untuk pria, yaitu vasektomi dan tindakan kebiri yang kerap disalahpahami masyarakat.

Menurut dr. Dimas, vasektomi bukanlah bentuk kebiri. Ia menegaskan bahwa pada prosedur kebiri, testis diangkat sehingga produksi hormon dan kemampuan ereksi bisa hilang sepenuhnya. Sebaliknya, vasektomi hanya memutus saluran sperma tanpa memengaruhi produksi hormon ataupun fungsi seksual pria.

“Kalau kebiri, testis diangkat dan pria tidak bisa ereksi. Sementara vasektomi hanya memotong saluran yang mengantarkan sperma. Ereksi dan hormon tetap normal,” jelasnya dalam keterangan di Semarang, Jumat.

Dokter yang juga mengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro ini menambahkan bahwa banyak mitos keliru terkait vasektomi, termasuk anggapan bahwa sperma tidak akan keluar atau hubungan seksual terganggu. Faktanya, cairan yang mengandung spermatozoa hanya menyumbang sekitar satu cc dari total volume ejakulasi, dan tidak memengaruhi kenikmatan seksual.

Dimas juga menjelaskan bahwa setelah menjalani vasektomi, pria disarankan menggunakan kondom selama sekitar 20 kali ejakulasi atau setidaknya tiga bulan. Setelah itu, perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk memastikan tidak ada lagi sperma aktif yang keluar.

Untuk pemulihan, pasien disarankan beristirahat dari aktivitas berat selama tiga hingga lima hari. Hubungan seksual bisa kembali dilakukan setelah satu minggu, sedangkan aktivitas berat diperbolehkan satu bulan setelah prosedur.

Saat ini, akses terhadap prosedur vasektomi makin mudah berkat pelatihan untuk dokter umum. Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (BKKBN) bersama UNFPA dan Kolegium Dokter Indonesia telah menerbitkan sertifikasi untuk metode Vasektomi Tanpa Pisau (VTP), yang memungkinkan prosedur dilakukan secara aman oleh tenaga medis terlatih.

“Dokter umum sekarang sudah dilatih dan dibekali modul untuk melakukan VTP. Ini bisa jadi peluang bagi masyarakat yang masih ragu untuk memilih vasektomi sebagai pilihan kontrasepsi,” ujar dr. Dimas dikutip Antara.

Editor : Lintang Rowe

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

Kesehatan Terbaru