Selasa, 30 Desember 2025

Mengenal Superflu H3N2, Varian Influenza yang Perlu Diwaspadai Masyarakat


 Mengenal Superflu H3N2, Varian Influenza yang Perlu Diwaspadai Masyarakat Ilustrasi - Anak terkena influenza. (ANTARA/Shutterstock)

JAKARTA, ARAHKITA.COM – Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap lonjakan kasus influenza yang belakangan dikenal dengan istilah “superflu”, khususnya varian Influenza A H3N2. Varian ini disebut memiliki tingkat penularan yang cepat dan dapat menimbulkan gejala ringan hingga berat.

Anggota Unit Kerja Koordinasi Respirologi IDAI, Dr. dr. Nastiti Kaswandani, Sp.A(K), menjelaskan bahwa istilah superflu bukanlah nama medis resmi, melainkan istilah populer yang muncul karena kecepatan penyebarannya.

“Masalahnya, salah satu penyebab istilah superflu ini karena penularannya sangat cepat. Satu orang bisa menularkan ke dua hingga tiga orang di sekitarnya, bahkan kemungkinan lebih, meski masih perlu penelitian lanjutan,” ujar Nastiti dalam diskusi daring Mengenali dan Mewaspadai Superflu, Senin (29/12/2025).

Ia menyebutkan, superflu merupakan bagian dari virus influenza A H3N2, khususnya varian subclade K, yang diduga berkontribusi pada peningkatan kasus influenza di negara-negara dengan musim dingin antara Oktober hingga Februari. Berdasarkan laporan, sekitar 200 kasus telah teridentifikasi melalui pemeriksaan genome sequencing di Amerika Serikat dan wilayah belahan bumi utara.

Menurut Nastiti, virus H3N2 dikenal memiliki tingkat evolusi yang tinggi, mudah bermutasi, serta berpotensi memicu wabah influenza dalam skala besar.

“Virus ini mudah menular dan bermutasi, sehingga berisiko menyebabkan epidemi dan lonjakan pasien yang membutuhkan perawatan rumah sakit, terutama di negara dengan musim dingin yang panjang,” jelasnya seperti dikutip dari Antara

Dari sisi gejala, superflu H3N2 sulit dibedakan secara klinis dengan influenza A pada umumnya. Penderitanya dapat mengalami demam tinggi, menggigil, sakit kepala, nyeri tenggorokan, hingga pilek.

“Secara klinis, dokter tidak bisa membedakan ini influenza biasa atau subclade K. Diagnosis pasti hanya bisa ditegakkan melalui pemeriksaan laboratorium,” kata Nastiti.

Influenza dapat dideteksi dengan rapid test atau swab, namun untuk memastikan varian H3N2 subclade K diperlukan pemeriksaan genome sequencing di laboratorium berteknologi tinggi, serupa dengan proses identifikasi virus saat pandemi COVID-19.

Nastiti menambahkan, kelompok yang paling berisiko mengalami komplikasi berat akibat influenza H3N2 adalah balita, lansia, serta pasien dengan penyakit penyerta, seperti penyakit jantung bawaan, gangguan kardiovaskular, kanker, dan individu dengan imunitas rendah.

Meski demikian, hingga kini belum ada bukti bahwa tingkat keparahan subclade K lebih tinggi dibandingkan varian influenza A lainnya.

“Keparahannya masih mirip dengan varian flu A yang lain. Namun, kerentanan meningkat pada mereka yang tidak mendapatkan imunisasi influenza,” ujarnya.

IDAI menegaskan bahwa vaksinasi influenza tetap menjadi langkah paling efektif untuk menurunkan risiko penularan dan mencegah gejala berat.

“Imunisasi influenza masih terbukti efektif dan sangat berperan dalam menurunkan risiko, terutama pada kelompok rentan,” tutup Nastiti.

Editor : M. Khairul

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

Kesehatan Terbaru