Loading
Studi Baru Temukan COVID-19 Dapat Mempercepat Penuaan Pembuluh Darah. (Medical Daily/Freepik)
JAKARTA, ARAHKITA.COM - Studi internasional terbaru menemukan bahwa infeksi COVID-19 dapat mempercepat penuaan pembuluh darah, dengan dampak yang paling nyata terjadi pada wanita dan penderita Long Covid. Efek tersebut dinilai setara dengan sekitar lima tahun penuaan pembuluh darah dan berpotensi meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular.
Penelitian yang dipublikasikan dalam European Heart Journal dan dilansir Medical Daily ini melibatkan 2.390 peserta dari 34 pusat penelitian di 16 negara, termasuk Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Italia, Australia, dan Brasil. Para peserta direkrut antara September 2020 hingga Februari 2022 dan dikelompokkan berdasarkan tingkat keparahan COVID-19, mulai dari tidak pernah terinfeksi hingga pasien yang dirawat di unit perawatan intensif.
Para peneliti mengukur usia biologis pembuluh darah menggunakan metode kecepatan gelombang nadi karotis-femoral atau pulse wave velocity. Nilai yang lebih tinggi menunjukkan pembuluh darah yang lebih kaku dan menua lebih cepat. Pengukuran dilakukan enam dan dua belas bulan setelah infeksi, dengan analisis yang disesuaikan terhadap faktor usia dan jenis kelamin.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata peserta yang pernah terinfeksi COVID-19 memiliki kekakuan pembuluh darah yang lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang tidak pernah terinfeksi, termasuk pada kasus COVID-19 ringan. Perbedaan tersebut terlihat jelas pada kelompok wanita, sementara pada pria perubahan yang terjadi relatif kecil dan tidak signifikan secara statistik.
Efek percepatan penuaan pembuluh darah juga lebih besar pada individu dengan Long Covid. Namun, pada pasien yang sebelumnya dirawat di unit perawatan intensif, kekakuan pembuluh darah cenderung kembali mendekati normal setelah 12 bulan. Studi ini juga mencatat bahwa peserta yang telah menerima vaksin COVID-19 menunjukkan perubahan yang lebih ringan dibandingkan mereka yang tidak divaksinasi.
Para peneliti menilai peningkatan sekitar 0,5 meter per detik pada kecepatan gelombang nadi sebagai temuan yang relevan secara klinis. Angka tersebut diperkirakan setara dengan lima tahun penuaan pembuluh darah dan berhubungan dengan peningkatan risiko kardiovaskular sekitar 3 persen pada wanita berusia 60 tahun.
Profesor Rosa Maria Bruno dari Université Paris Cité menjelaskan bahwa COVID-19 diketahui dapat memengaruhi pembuluh darah secara langsung. Virus corona menggunakan reseptor ACE2 yang terdapat pada lapisan pembuluh darah untuk menginfeksi sel, yang dapat memicu disfungsi vaskular dan mempercepat proses penuaan pembuluh darah. Selain itu, peradangan dan respons imun tubuh juga diduga berperan dalam kerusakan tersebut.
Bruno menambahkan bahwa respons imun wanita yang umumnya lebih cepat dan kuat dapat memberikan perlindungan terhadap infeksi, namun pada saat yang sama berpotensi meningkatkan kerusakan pembuluh darah setelah infeksi. Menurutnya, penuaan pembuluh darah dapat diukur dan ditangani melalui perubahan gaya hidup serta terapi penurun tekanan darah dan kolesterol.
Dr. Behnood Bikdeli dan tim peneliti menyebut studi CARTESIAN ini sebagai bukti bahwa COVID-19 dapat mempercepat penuaan arteri, terutama pada perempuan dewasa. Mereka menilai penting untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat dimodifikasi guna mencegah dampak serupa pada gelombang infeksi di masa depan dan mengurangi risiko jangka panjang bagi penyintas COVID-19.
Meski demikian, sejumlah ahli mengingatkan perlunya kehati-hatian dalam menafsirkan hasil penelitian. Ahli jantung Dominik Rath dari Rumah Sakit Universitas Tübingen menilai bahwa beberapa perubahan vaskular menunjukkan perbaikan setelah 12 bulan, yang mengindikasikan bahwa rawat inap atau perawatan intensif itu sendiri mungkin turut berperan.
Pandangan serupa disampaikan oleh Wakil Presiden Yayasan Jantung Jerman, Heribert Schunkert, yang menyebut temuan ini sebagai peringatan dini. Ia menekankan perlunya penelitian lanjutan untuk memastikan apakah percepatan penuaan pembuluh darah benar-benar disebabkan oleh virus corona atau faktor lain yang menyertai infeksi.
Para peneliti juga mengakui keterbatasan studi ini, termasuk ketidakjelasan apakah efek yang diamati berasal dari perubahan besar pada sebagian kecil individu atau perubahan kecil pada banyak orang. Mereka mencatat bahwa tingkat kematian COVID-19 yang lebih tinggi pada pria berpotensi menimbulkan bias kelangsungan hidup, sehingga efek pada pria mungkin tidak sepenuhnya terlihat.
Meski demikian, temuan ini menambah bukti bahwa dampak COVID-19 dapat berlangsung jauh melampaui fase akut infeksi. Penelitian lanjutan diperlukan untuk memastikan apakah percepatan penuaan pembuluh darah ini akan berujung pada peningkatan kejadian serangan jantung dan stroke di masa depan.