Loading
Dr. Christofani Ekapatria SpOG-KFER, Dokter spesialis obstetri dan ginekologi di Rumah Sakit Siloam Lippo Village (Istimewa)
JAKARTA, ARAHKITA.COM - Teknologi di bidang kedokteran kini makin meminimalkan dampak dari tindakan operasi. Bila dulu pembedahan harus dilakukan dengan sayatan yang panjang, luka yang lebar, dan penyembuhan serta rasa nyeri yang lama, kini dengan teknik Laparoskopi, hal itu dapat diminimalisir. “Tren kedokteran saat ini mengembangkan teknik laporoskopi untuk melakukan operasi dengan luka yang sekecil mungkin,” ungkap Dr. Franciscus Caracciolo Christofani Ekapatria SpOG-KFER, Dokter spesialis obstetri dan ginekologi di Rumah Sakit Siloam Lippo Village.
Laparoskopi berbentuk seperti sebuah tabung kecil. Alat ini dilengkapi dengan cahaya dan kamera yang berfungsi untuk menyampaikan gambar bagian dalam perut atau panggul ke monitor yang tertayang di luar. “Hanya diperlukan sayatan kecil untuk melakukan sebuah tindakan operasi, misalnya untuk operasi pengangkatan ovarium dibutuhkan satu hingga dua centimeter sayatan dari pusar, dengan hanya satu lubang saja. Bahkan untuk operasi yang tidak terlalu berat, besoknya pasien sudah boleh pulang. ,” papar Dr Christo . Menurutnya, cara ini memang banyak dipilih lantaran memiliki beberapa keuntungan. Di antaranya waktu pemulihan yang lebih cepat, pengurangan rasa sakit dan perdarahan pascaoperasi, serta mencegah timbulnya jaringan parut.
Pada banyak kasus, lanjut Dr. Christo, laparoskopi kerap digunakan dalam bidang kedokteran reproduktif. Hasilnya pun lebih memuaskan pada kasus-kasus kista endometriosis, sehingga pasien wanita yang mengalami masalah fertilitas bisa memiliki harapan kehamilan yang lebih besar.
Memang pada awalnya teknik ini digunakan sebagai langkah diagnostik saja. Namun sekarang dengan kecanggihan teknologi kedokteran, laparoskopi banyak dilakukan untuk tindakan operatif, seperti pada kasus kehamilan diluar kandungan atau kehamilan ektopik, pengangkatan mioma uteri, pengangkatan rahim atau juga pengangkatan kista ovarium. “Kecuali operasi caesar,” tandas Dr. Christo yang ditemui di ruang kerjanya di RS Siloam Lippo Village.
Meski pemanfaatan laparoskopi bukan hal yang baru di Indonesia, namun penggunaan alat ini bisa dikatakan sangat terbatas. Hal ini lantaran diperlukannya tiga komponen dasar sebelum melakukan tindakan operasi dengan laparoskopi. Yakni keterampilan, kelengkapan instrumen, fasilitas kamar operasi, dan tim operasi yang terlatih. Sebagai dokter ahli di bidang fertilitas, Dr. Christo kerap mengerjakan kasus-kasus yang berhubungan dengan kesuburan. Sebelum melakukan tindakan, lanjut Dr. Christo, diperlukan serangkaian tes seputar kesehatan maupun medis sang pasien. Tindakan laparoskopi juga bisa dilakukan ketika tes-tes yang dijalani pasien tadi, dianggap kurang memberikan informasi secara detail.
Prosedur ini juga bisa digunakan untuk mengambil biopsi atau sampel jaringan dari organ tertentu di bagian perut. Biasanya, dokter merekomendasikan tindakan ini untuk pemeriksaan organ hati, empedu, pankreas, perut, dan panggul. Melalui cara ini, dokter dapat mendeteksi adanya tumor atau cairan pada rongga perut, penyakit hati, dan penyakit lain yang berkaitan dengan organ pada bagian tersebut.
Dengan keberadaan alat ini, pasien yang memiliki masalah fertilitas, tidak perlu ke luar negeri untuk berobat. Beberapa rumah sakit kini telah memiliki alat tersebut yang ditangani para dokter handal di bidangnya, seperti di RS Siloam Lippo Village. Di rumah sakit ini pun, selain laparoskopi juga digunakan pula hysteroscopy. Teknik hysteroscopy adalah tindakan medis yang dilakukan dokter untuk menilai keadaan bagian dalam rahim seorang wanita. Pada prosedur ini, dokter akan memasukkan alat berdiameter kecil yang memiliki kamera di ujungnya ke dalam rahim agar bisa memeriksa keadaan rahim pasien. “Ada beberapa kasus polip atau tumor di dalam rahim bisa dilihat sampai ke rongga rahim tempat bayi tumbuh. Dulu kita tidak mungkin melihat polip yang banyak. Misalnya dengan tindakan kuret, kita tidak tahu apa ada yang masih ketinggalan atau benar-benar bersih. Sekarang dengan teknik canggih ini, kita bisa mengecek keadaan rahim pasien apakah sudah bersih atau belum atau ada yang tertinggal. Alat ini pun bisa merekam video atau foto sehingga baik dokter maupun pasien dapat melihat kondisi after dan beforenya,” demikian penjelasan Dr. Christo yang kerap mengikuti pertemuan ilmiah tingkat internasional di bidang kedokteran.
Dengan rangkaian keunggulan tadi, maka memang tindakan laparoskopi ini hanya bisa dilakukan di rumah sakit yang memiliki fasilitas dan ahli bedah yang berpengalaman. Hal utama yang perlu dilakukan adalah bila pasien merasakan adanya keanehan pada bagian panggul atau perut, Dr. Christo menyarankan agar segera menemui dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat. “Apabila dalam pemeriksaan lanjutannya disarankan agar dilakukan tindakan laparoskopi untuk mendiagnosis masalah tersebut, konsultasikan pada dokter tentang hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan sebelum maupun sesudah menjalani tindakan ini, termasuk efek samping yang kemungkinan dirasakan pasien,” ungkap dr. Christo yang telah menangani kebidanan sejak tahun 2008 ini.