Loading
Prof. Tjandra Yoga Aditama mengunjungi dua spot yang sedang naik daun di kalangan traveler dunia: Zhangjiajie Glass Bridge dan The Coiling Dragon Cliff Skywalk. (Foto: Dok. Pribadi)
Catatan Perjalanan Prof Tjandra Yoga Aditama
CHINA selalu punya cara unik untuk membuat wisata alam terasa makin spektakuler. Salah satu yang paling ikonik adalah pengalaman berjalan di atas kaca di ketinggian yang memacu adrenalin.
Dalam perjalanan dari Zhangjiajie menuju Chongqing, Prof. Tjandra Yoga Aditama mengunjungi dua spot yang sedang naik daun di kalangan traveler dunia: Zhangjiajie Glass Bridge dan The Coiling Dragon Cliff Skywalk.
Zhangjiajie Glass Bridge: Jembatan Kaca yang Memanjakan Mata
Diresmikan pada 20 Agustus 2016, Zhangjiajie Glass Bridge langsung mencuri perhatian dunia berkat klaimnya sebagai jembatan kaca terpanjang dan tertinggi pada masanya. Panjangnya mencapai 430 meter, lebarnya 6 meter, dan menggantung anggun sekitar 300 meter di atas dasar ngarai Grand Canyon Zhangjiajie.
Dirancang oleh arsitek asal Israel, Haim Dotan, jembatan ini berdiri megah berkat empat pilar penyangga dan lebih dari 120 panel kaca. Setiap panel tebalnya sekitar 5,1 sentimeter dengan tiga lapisan kokoh, memastikan wisatawan bisa menikmati pemandangan tanpa rasa khawatir.
Selain panorama cantik, jembatan ini juga menawarkan aktivitas ekstrem. Mulai dari ayunan panjang hingga bungee jump setinggi 285 meter, salah satu yang tertinggi di dunia.
The Coiling Dragon Cliff Skywalk: Jalan Kaca yang Menempel di Tebing
Berbeda dari jembatan kaca yang masif, The Coiling Dragon Cliff Skywalk memberikan sensasi yang jauh lebih personal—dan mungkin lebih menegangkan. Jalur kaca ini membentang sekitar 100 meter dan menempel langsung pada tebing Gunung Tianmen di ketinggian lebih dari 1.400 meter.
Untuk mencapai jalur ini, pengunjung harus menempuh perjalanan berlapis-lapis: naik kereta gantung, lanjut dengan perjalanan berkelok hingga 40 tikungan, lalu 12 eskalator menuju puncak. Dari sana, jalur kaca sempit yang “melipir” tebing siap menguji keberanian siapa pun.
Cocok untuk Pecinta Tinggi, Tantangan untuk yang Fobia
Kedua lokasi ini memang memanjakan traveler yang gemar ketegangan. Namun bagi mereka yang memiliki akrofobia atau fobia ketinggian, pengalaman ini bisa memicu kecemasan dan stress. Dalam banyak kasus, rasa takut muncul disertai panik saat melihat ketinggian ekstrem dari dasar kaca.
Prof. Tjandra juga menambahkan bagaimana fobia ini bisa ditangani secara medis. Ada tiga pendekatan yang umum digunakan:
1. Terapi Paparan (Exposure Therapy)
Terapi ini membantu pasien menghadapi ketakutannya secara bertahap. Biasanya dikombinasikan dengan latihan relaksasi.
2. Terapi Perilaku Kognitif (CBT)
Cocok untuk penderita yang belum siap menjalani terapi paparan. CBT fokus merubah cara berpikir negatif yang memicu rasa takut.
3. Obat Penenang atau Antidepresan
Tidak menyembuhkan fobia, namun dapat membantu menenangkan gejala kecemasan saat perlu menghadapi situasi tinggi.