Loading
Modifikasi Cuaca Kurangi Hujan Hingga 60 Persen di Jabodetabek. (Antaranews)
JAKARTA, ARAHKITA.COM - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat penurunan intensitas hujan sebesar 30–60 persen di wilayah Jabodetabek sejak dimulainya operasi modifikasi cuaca (OMC) pada 7 Juli 2025.
“Bahkan, dalam dua hari terakhir, cuaca di Jakarta cenderung cerah tanpa hujan,” ujar Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, pada Jumat (11/7).
Operasi OMC yang berlangsung hingga 11 Juli dilakukan untuk menekan risiko banjir di Jakarta, Banten, dan Jawa Barat, terutama akibat cuaca ekstrem selama musim kemarau basah. Dalam empat hari pelaksanaan, sebanyak 16 ton bahan semai ditaburkan ke atmosfer melalui 18 sorti penerbangan. Rinciannya, 12,4 ton natrium klorida (NaCl) dan 3,6 ton kalsium oksida (CaO).
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut terjadi penurunan intensitas hujan di wilayah Jabodetabek, empat hari setelah operasi modifikasi cuaca (OMC) yang dilakukan untuk menekan potensi banjir di wilayah tersebut.
Dia menjelaskan operasi modifikasi cuaca tersebut merupakan upaya pemerintah dalam penanganan darurat cuaca ekstrem di musim kemarau basah yang melanda wilayah Jawa Barat dan Jakarta.
Operasi dilaksanakan oleh BNPB dengan dukungan dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dan TNI Angkatan Udara dilaksanakan pada 7-11 Juli 2025, sebagai respons darurat setelah terjadi banjir di sejumlah lokasi.
Dia memastikan bersamaan dengan berkurangnya intensitas hujan, diharapkan upaya penanggulangan bencana banjir di wilayah hilir, seperti upaya pemompaan dan pengeringan, serta penguatan tanggul pada daerah-daerah yang masih basah akibat banjir dapat optimal dilakukan, sehingga masyarakat bisa segera beraktivitas dengan normal kembali.
Berdasarkan pantauan prakiraan cuaca pada tren potensi hujan yang terjadi di wilayah Jawa bagian barat cenderung mengalami penurunan. Namun, BMKG mencatat beberapa gelombang yang kembali aktif dan berpotensi berdampak signifikan di beberapa wilayah di Indonesia.
Potensi risiko cuaca ekstrem juga terpantau untuk wilayah Indonesia bagian timur. Terdapat peningkatan aktivitas gelombang atmosfer yang memicu curah hujan yang tinggi.
"BNPB dan BMKG akan melakukan evaluasi bersama pada akhir masa operasi modifikasi cuaca besok (Sabtu, 12/7) untuk menentukan kebutuhan perpanjangan masa OMC," kata Abdul Muhari dikutip Antara.