Loading
Ilustrasi - Kasus cacing. (Antaranews)
JAKARTA, ARAHKITA.COM – Kasus kecacingan pada anak kembali mencuat di Indonesia. Setelah sebelumnya terjadi di Sukabumi pada Agustus 2025, kini kasus serupa dilaporkan menimpa kakak-beradik di Bengkulu. Salah satu pasien bahkan harus menjalani operasi setelah rumah sakit awal tidak mampu melakukan tindakan pembedahan.
Menanggapi hal ini, Prof. Tjandra Yoga Aditama, Direktur Pascasarjana Universitas YARSI sekaligus Adjunct Professor Griffith University, yang juga pernah menjabat sebagai Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara dan Dirjen Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan, menegaskan ada tiga persoalan besar yang perlu dicermati.
“Pertama, fakta bahwa kasus kecacingan masih terjadi pada anak-anak Indonesia menunjukkan penyakit tropis terabaikan ini belum tertangani optimal. Kedua, kasus kecacingan juga berhubungan dengan masalah gizi anak. Ketiga, kemampuan pelayanan rumah sakit, terutama dalam melakukan operasi terkait kecacingan, masih perlu diperkuat,” jelas Prof. Tjandra dalam keterangan tertulis, Selasa (17/9/2025).
Menurut Prof. Tjandra, kecacingan yang dialami pasien di Bengkulu disebabkan oleh Ascaris lumbricoides atau cacing gelang. Ia merinci, cacing jenis ini dapat tumbuh hingga 20–35 cm pada betina dan 15–30 cm pada jantan. “Seekor cacing betina bisa menghasilkan sekitar 200 ribu telur per hari. Bila terjadi pada anak-anak, jumlah ini tentu sangat memprihatinkan,” tambahnya.
Selain berpotensi menyebabkan gizi buruk, infeksi cacing juga bisa menimbulkan nyeri perut, obstruksi usus, infeksi, hingga perforasi. “Kecacingan jelas bukan masalah kecil. Penanganannya harus menyeluruh, mulai dari pencegahan di masyarakat, edukasi gizi, hingga kesiapan rumah sakit menangani komplikasi,” tegas Prof. Tjandra dalam pernyataan yang disampaikan kepada media, Rabu (17/9/2025).
Ia menutup dengan pesan agar kasus ini menjadi peringatan bahwa di usia lebih dari 80 tahun kemerdekaan, Indonesia tidak boleh lagi abai terhadap penyakit tropis yang sebenarnya bisa dicegah dengan langkah sederhana seperti sanitasi, obat cacing massal, dan perbaikan gizi.
Baca juga:
Kasus Kecacingan Anak Kembali Muncul, Prof. Tjandra: Tiga Masalah Serius Harus Jadi Perhatian