Loading
Kunjungan langsung ke Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Polri Pejaten, Selasa (21/10/2025) yang dilakukan oleh Prof. Tjandra Yoga Aditama, Direktur Pascasarjana Universitas YARSI sekaligus mantan Dirjen Pengendalian Penyakit Kemenkes dan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara. (Foto: Istimewa)
JAKARTA, ARAHKITA.COM - Program Makan Bergizi Gratis yang dijalankan pemerintah kini punya contoh praktik terbaik yang patut dijadikan acuan nasional. Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Polri Pejaten menunjukkan bagaimana standar tinggi bisa diterapkan dalam penyediaan makanan sehat dan higienis bagi anak-anak sekolah.
Kunjungan langsung ke lokasi dilakukan oleh Prof. Tjandra Yoga Aditama, Direktur Pascasarjana Universitas YARSI sekaligus mantan Dirjen Pengendalian Penyakit Kemenkes dan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara. Ia juga merupakan penerima Rekor MURI (April 2024), Penghargaan Paramakarya Paramahusada 2024, dan Penghargaan Achmad Bakrie XXI 2025.
Menurut Prof. Tjandra, SPPG Polri Pejaten layak dijadikan percontohan karena memiliki delapan keunggulan utama dalam tata kelola dan pelaksanaan program gizi anak sekolah.
1. Memiliki Sertifikasi Resmi dan Lengkap
SPPG Polri Pejaten telah mengantongi berbagai sertifikat penting seperti Sertifikat Laik Higiene Sanitas (SLHS) dan Sertifikat Halal. Sertifikasi ini memastikan bahwa setiap proses pengolahan makanan memenuhi standar keamanan dan kehalalan pangan.
2. SOP Ketat dan Terlaksana dengan Baik
Semua aktivitas mulai dari penerimaan bahan, penyimpanan, proses memasak, hingga pengiriman makanan dilakukan sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP) yang ketat. Alur kerja yang sistematis menjamin kebersihan dan kualitas makanan tetap terjaga hingga diterima oleh peserta didik.
3. Komunikasi Aktif dengan Sekolah
Koordinasi antara SPPG dan sekolah dilakukan secara intensif melalui grup WhatsApp serta rapat rutin mingguan untuk monitoring dan evaluasi. Komunikasi yang terbuka ini memastikan kebutuhan gizi anak dapat terus disesuaikan dan diawasi.
4. Fasilitas Higienis dan Tertata
Ruangan di SPPG Polri Pejaten dirancang sesuai standar sanitasi. Gudang penyimpanan dipisahkan berdasarkan jenis bahan, dilengkapi pendingin ruangan, serta area pencucian yang dibedakan antara peralatan makan dan bahan masakan. Kebersihan terjaga dengan baik di setiap tahap proses.
5. Uji Coba Makanan Sebelum Dikirim
Sebelum makanan dikirim ke sekolah, dilakukan uji laboratorium sederhana untuk memastikan tidak ada kandungan berbahaya seperti Nitrit, Arsen, Sianida, dan Formalin. Prosedur ini selaras dengan arahan Presiden agar keamanan pangan menjadi prioritas utama dalam program makan bergizi gratis.
6. Memberdayakan Masyarakat Sekitar
Para petugas di dapur SPPG merupakan warga sekitar lokasi. Hal ini tidak hanya meningkatkan keterlibatan masyarakat, tetapi juga membuka lapangan kerja baru di tingkat lokal.
7. Inovasi Hidroponik dan Ketahanan Pangan
Menariknya, di halaman SPPG Polri Pejaten terdapat kebun hidroponik yang menanam sayuran segar untuk kebutuhan bahan pangan. Beberapa SPPG lain bahkan mengembangkan kolam ikan sebagai sumber protein tambahan.
8. Berbagi Praktik Baik untuk SPPG Lain
Prof. Tjandra mendorong agar SPPG Polri Pejaten menjadi tempat belajar bersama bagi satuan serupa di daerah lain. Dengan berbagi pengalaman dan kunjungan lintas lokasi, diharapkan kualitas pelayanan gizi di seluruh Indonesia semakin meningkat.
“Kalau praktik baik seperti di Pejaten bisa diterapkan secara luas, dampaknya akan besar sekali bagi kesuksesan program Makan Bergizi Gratis di Indonesia,” ujar Prof. Tjandra dalam pernyataan yang disampaikan ke media ini Selasa (21/10/2025).
Kinerja SPPG Polri Pejaten menjadi bukti bahwa penyediaan makanan bergizi bisa dilakukan secara profesional, higienis, dan berkelanjutan—asal dijalankan dengan standar dan komitmen yang kuat.