Selasa, 30 Desember 2025

Studi Ungkap DNA Beruang Kutub Mulai Beradaptasi dengan Iklim yang Lebih Hangat


  • Rabu, 17 Desember 2025 | 16:45
  • | News
 Studi Ungkap DNA Beruang Kutub Mulai Beradaptasi dengan Iklim yang Lebih Hangat Studi Ungkap DNA Beruang Kutub Mulai Beradaptasi dengan Iklim yang Lebih Hangat. (Pixabay)

JAKARTA, ARAHKITA.COM - Perubahan pada DNA beruang kutub yang berpotensi membantu spesies ini beradaptasi dengan pemanasan global berhasil diidentifikasi oleh para ilmuwan. Temuan tersebut menjadi yang pertama kali menunjukkan hubungan signifikan secara statistik antara kenaikan suhu dan perubahan DNA pada mamalia liar.

Studi yang dilakukan peneliti dari Universitas East Anglia menemukan perbedaan genetik mencolok antara beruang kutub yang hidup di Greenland tenggara dan mereka yang berada di wilayah utara yang lebih dingin. Perbedaan ini mengindikasikan bahwa sebagian populasi beruang kutub mungkin tengah menyesuaikan diri dengan lingkungan yang lebih hangat akibat perubahan iklim.

Perubahan iklim selama ini, dilansir The Guardian, dipandang sebagai ancaman serius bagi kelangsungan hidup beruang kutub. Diperkirakan sekitar dua pertiga populasi beruang kutub dunia akan menghilang pada tahun 2050 seiring mencairnya es laut dan meningkatnya suhu global yang mengganggu habitat serta sumber makanan utama mereka.

Dalam penelitian tersebut, para ilmuwan menganalisis sampel darah beruang kutub dari dua wilayah Greenland dan mempelajari keberadaan “gen lompat”, yaitu potongan kecil DNA yang dapat memengaruhi cara kerja gen lain. Analisis dilakukan dengan membandingkan aktivitas gen tersebut dengan kondisi suhu lokal dan perubahan ekspresi gen yang terjadi.

Peneliti utama, Dr. Alice Godden, menjelaskan bahwa DNA berfungsi layaknya buku petunjuk di dalam setiap sel yang mengatur pertumbuhan dan perkembangan organisme. Dengan mengaitkan data genetik beruang kutub dengan data iklim setempat, tim peneliti menemukan bahwa peningkatan suhu berkorelasi dengan lonjakan aktivitas gen lompat pada beruang kutub di Greenland tenggara.

Wilayah tenggara Greenland memiliki iklim yang lebih hangat dan fluktuasi suhu yang lebih tajam dibandingkan timur laut Greenland yang relatif lebih dingin dan stabil. Kondisi lingkungan ini tampaknya memberikan tekanan adaptasi yang lebih besar pada beruang kutub di wilayah selatan, sehingga mendorong perubahan genetik yang lebih cepat.

Beberapa gen yang terdeteksi mengalami perubahan berkaitan dengan respons terhadap stres panas, proses penuaan, dan metabolisme. Perubahan juga ditemukan pada area DNA yang berhubungan dengan pengolahan lemak, yang dinilai penting bagi kelangsungan hidup beruang kutub saat sumber makanan terbatas. Beruang di wilayah yang lebih hangat diketahui memiliki pola makan yang lebih kasar dan sebagian berbasis tumbuhan, berbeda dengan beruang di utara yang lebih bergantung pada anjing laut berlemak.

Menurut Godden, para peneliti menemukan sejumlah titik panas genetik di mana gen lompat sangat aktif, bahkan berada di wilayah DNA yang mengkode protein. Hal ini menunjukkan bahwa beruang kutub mengalami perubahan genetik mendasar yang berlangsung cepat seiring hilangnya habitat es laut mereka.

Temuan yang dipublikasikan dalam jurnal Mobile DNA ini dinilai penting karena dapat membantu ilmuwan memahami bagaimana populasi beruang kutub berevolusi di tengah krisis iklim. Informasi tersebut juga berpotensi digunakan untuk mengidentifikasi populasi yang paling berisiko serta merancang strategi konservasi yang lebih tepat sasaran.

Meski memberikan secercah harapan, para peneliti menegaskan bahwa temuan ini tidak berarti ancaman kepunahan beruang kutub berkurang. Langkah lanjutan penelitian akan dilakukan pada populasi beruang kutub lain di seluruh dunia untuk melihat apakah pola perubahan DNA serupa juga terjadi.

Para ilmuwan kembali menekankan bahwa upaya utama untuk melindungi beruang kutub tetap bergantung pada pengendalian pemanasan global. Pengurangan emisi karbon dan pembakaran bahan bakar fosil dinilai krusial untuk memperlambat kenaikan suhu dan memberi peluang lebih besar bagi spesies ini untuk bertahan hidup.

Editor : Lintang Rowe

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

News Terbaru