Selasa, 30 Desember 2025

Rudyono Darsono Tegaskan di Tahun Politik Institusi UTA ‘45 Harus Netral


  • Selasa, 05 Maret 2019 | 15:33
  • | News
 Rudyono Darsono Tegaskan di Tahun Politik Institusi UTA ‘45 Harus Netral Ketua Dewan Pembina Yayasan UTA’45 Jakarta, Rudyono Darsono. (Istimewa)

JAKARTA, ARAHKITA.COM - Ketua Dewan Pembina Yayasan UTA’45 Jakarta, Rudyono Darsono ketika memberikan arahan ke seluruh peserta rapat pada Rapat Kerja Tahunan 2018-2019 UTA'45 Jakarta & Akper HKJ, di Sariater Hotel & Spa, Ciater, Subang, Jawa Barat, 28 Februari - 2 Maret 2019 menegaskan bahwa institusi UTA '45 merupakan lembaga pendidikan dan di tahun politik ini harus netral, tidak boleh mendukung siapa pun Pasangan Calon Presiden RI untuk 5 tahun mendatang berkuasa.

"Jadi ingat itu, institusi kita tidak mendukung siapa pun dan tidak menolak siapa pun. Siapa pun pemenangnya, dialah Presiden RI. Tidak boleh ada satu media pun memfasilitasi institusi guna mendukung salah satu paslon. Karena kita tahu hati kita pasti berbeda. Jangan sampai seperti ini merusak persahabatan dan persatuan kita,"tegas Rudyono.

Menurut Rudyono, nasionalisme Indonesia adalah nasionalisme kebangsaan. Indonesia damai jauh lebih mahal harganya, jauh lebih berharga daripada hanya mendukung paslon-paslon hanya untuk 5 tahun berkuasa.

"Kalau sampai ada kerusakan, mungkin kita tidak membutuhkan waktu lebih dari 50 tahun untuk memperbaiki. Siapa pun pemenangnya dialah Presiden RI,"lanjut Rudyono.

Dikatakan Rudyono, nasionalisme kebangsaan harus ditopang kuat. Dan terkait pesta politik yang akan digelar 17 April 2019 nanti KPU dan Bawaslu RI harus menjadi pagar yang kokoh sekaligus taman yang nyaman buat para Paslon berkampanye demi terciptanya Pemilu damai yang dicita-citakan anak bangsa.

Rudyono dalam sebuah opininya yang dimuat salah satu media online beberapa waktu uang lalu mengatakan perlu nasionalisme baru. Nasionalisme baru yang dibangun dan dikembangkan harus membantu dalam mendewasakan jati diri bangsa, dengan lebih dulu harus mengikis habis korupsi, membangun supremasi hukum, membasmi ketidakadilan, sekaligus membendung pengaruh kapitalisme dan melenyapkan kekuasaan yang terus berkongkalikong dengan kejahatan korporasi global. Karena, semua ini merupakan akar lunturnya semangat nasionalsme yang kini sangat memengaruhi generasi muda.

Salah satu unsur hakiki dari kandungan isi nasionalisme baru, terlihat dalam analis sosial, Lyman T. Sargent, yakni kesadaran diri seseorang sebagai bagian dari suatu kelompok bangsa (national consciousness) yang melekat dengan tendensi identifikasi diri dengan kelompok-kelompok bangsa yang plural (pluriformitas national identity), di atas landasan usaha masing-masing pribadi untuk membangun kehidupan masa depan bersama yang adil dan sejahtera.

Mengembangkan nasionalisme dalam konteks ini menurut Rudyono tentu bukan saja sekadar upaya penanaman semangat kesatuan, semangat cinta Tanaha Air secara buta, melainkan harus menghapus semua ketimpangan yang ada. Menghimpun “keberbangsaan” yang retak akibat berbagai ketimpangan adalah suatu kerja besar dan berat dalam membangun kesadaran nasion baru. Hal ini kata Rudyono hanya dapat terwujud apabila para pemegang mandat rakyat, mau mengesampingkan egoistis, baik pribadi maupun kelompoknya dan mau mendahulukan kepentingan Bangsa diatas kepentingan pribadinya.

Meski berat, karena pemegang mandat yang dapat atau mungkin dapat menjalankan serta mengimplementasikan Pancasila, yang menjadi dasar utama Nasionalisme sejati bangsa ini, hanyalah mereka yang tidak atau sangat minim (kecil) keterlibatannya dengan masa lalu tetapi itulah yang membuat kita tetap survive atau tetap eksis di atas gempuran aneka persoalan politik yang berkembang dalam sejumlah ketegangan globalisasi yang mencengangkan sekaligus menantang kebhinnekaan kita.

 

 

 

 

 

 

Editor : Farida Denura

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

News Terbaru