Loading
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso usai menghadiri acara Taklimat Media di Kantor Pusat BI, Jakarta, Senin (26/5/2025). ANTARA/Rizka Khaerunnisa.
JAKARTA, ARAHKITA.COM – Bank Indonesia (BI) mencatat tren positif dalam penyaluran kredit baru pada triwulan III 2025. Hasil Survei Perbankan menunjukkan nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) sebesar 82,33 persen, menandakan pertumbuhan kredit yang tetap optimistis meski sedikit melambat dibandingkan triwulan sebelumnya.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso, menjelaskan bahwa SBT triwulan III lebih rendah dibanding triwulan II 2025 yang mencapai 85,22 persen. Namun, jika dibandingkan periode sama tahun lalu (SBT 80,64 persen), pertumbuhan kredit justru lebih tinggi.
Perlambatan dan Stabilitas KreditBerdasarkan jenis kredit, perlambatan terlihat pada kredit modal kerja dengan SBT 85,09 persen, turun dari 88,34 persen pada triwulan sebelumnya. Sementara itu, kredit investasi (SBT 76,97 persen) dan kredit konsumsi (SBT 56,61 persen) relatif stabil.
Dalam segmen kredit konsumsi, permintaan meningkat pada:
Sedangkan KPR/KPA (SBT 48,29 persen) dan kartu kredit (SBT 43,57 persen) mengalami penurunan dibanding triwulan sebelumnya.
Proyeksi Triwulan IV 2025
Bank Indonesia memprakirakan penyaluran kredit baru akan meningkat signifikan pada triwulan IV 2025, dengan SBT diperkirakan mencapai 96,40 persen. Prioritas utama tetap pada kredit modal kerja, diikuti kredit investasi dan kredit konsumsi dikutip Antara.
Di sektor konsumsi, KPR/KPA diproyeksikan tetap menjadi prioritas utama, disusul kredit multiguna dan KTA.
Standar Penyaluran Kredit Lebih Hati-Hati
Triwulan III 2025 menunjukkan bahwa standar penyaluran kredit lebih berhati-hati dibanding triwulan sebelumnya, tercermin dari Indeks Lending Standard (ILS) positif sebesar 5,78. Perhatian khusus diberikan pada persyaratan administrasi, agunan, biaya persetujuan, plafon, dan jangka waktu kredit.
Namun, triwulan IV 2025 diperkirakan standar kredit akan lebih longgar, dengan ILS mencapai -5,95. Meski demikian, responden optimistis outstanding kredit hingga akhir 2025 akan terus tumbuh, didukung prospek ekonomi yang stabil dan risiko penyaluran kredit yang terkendali.