Loading
Pertemuan Internasional untuk Perdamaian di ColosseumPertemuan Internasional untuk Perdamaian di Koloseum (@Media Vatikan)
GLOBAL HARMONY | INTER FIDEI
VATICAN, ARAHKITA.COM — Dalam suasana penuh haru di jantung Kota Roma, Paus Leo XIV berdiri di hadapan ribuan umat lintas iman di Koloseum, menyerukan satu pesan sederhana namun mendalam: “Perdamaian itu suci, bukan perang.”
Pesan tersebut disampaikan Paus pada Pertemuan Internasional untuk Perdamaian: Agama dan Budaya dalam Dialog, yang diselenggarakan oleh Komunitas Sant’Egidio. Acara tahunan ini mempertemukan para pemimpin agama dunia—Kristen, Yahudi, Muslim, Buddha, Hindu, dan berbagai keyakinan lainnya—untuk merenungkan kembali makna rekonsiliasi dan doa bagi dunia yang tengah bergejolak.
Seruan Doa untuk Dunia yang Haus Akan Perdamaian
Paus Leo XIV menegaskan bahwa perdamaian tidak pernah lahir dari kekuatan senjata, melainkan dari keberanian untuk berdialog dan memaafkan.
Baca juga:
World Peace Forum 2025: Jusuf Kalla dan Din Syamsuddin Serukan Spirit Damai dari Jakarta untuk Dunia“Kita telah berdoa sesuai tradisi iman kita masing-masing, dan kini kita berdiri bersama untuk mewartakan rekonsiliasi. Konflik memang bagian dari hidup, tetapi perang bukan jalan keluar. Perdamaian adalah perjalanan yang harus terus diperjuangkan,” ujarnya.
Beliau menyoroti dunia yang kini “haus akan perdamaian” karena didera penyalahgunaan kekuasaan, unjuk kekuatan, dan ketidakpedulian terhadap hukum serta martabat manusia. Paus pun menyerukan lahirnya “era baru rekonsiliasi yang sehat dan tulus.”
“Cukup sudah perang,” tegasnya. “Doa memiliki kekuatan untuk mengubah sejarah, bahkan lebih besar dari keputusan politik.”
Dalam Semangat AssisiMomentum ini juga memperingati hampir 40 tahun ‘Semangat Assisi’, warisan dari Paus Yohanes Paulus II yang memulai dialog antaragama di tahun 1986.
Paus Leo XIV memuji Komunitas Sant’Egidio karena menjaga semangat itu tetap hidup “meski sering kali melawan arus zaman.”
Beliau juga menyinggung ulang tahun ke-60 Nostra Aetate, deklarasi penting Konsili Vatikan II tentang hubungan Gereja Katolik dengan agama-agama non-Kristen.
“Kita tidak dapat sungguh-sungguh berdoa kepada Tuhan sebagai Bapa bagi semua orang jika kita memperlakukan sesama bukan sebagai saudara dan saudari,” tutur Paus, mengutip isi Nostra Aetate.
“Hanya Perdamaian yang Suci”
Menggemakan pesan Paus Fransiskus di Paris tahun sebelumnya, Paus Leo XIV menegaskan kembali bahwa tidak ada perang yang suci.
“Perang tidak pernah suci; hanya perdamaianlah yang suci, karena itu kehendak Tuhan,” katanya lantang di hadapan ribuan umat yang hening.
Beliau mengingatkan bahaya besar ketika agama disalahgunakan tanpa doa dan kasih. “Agama tanpa doa bisa menyesatkan, bahkan menimbulkan kekerasan,” ujarnya, sambil menekankan bahwa doa sejati membuka hati dan mengubah arah sejarah.
Tanggung Jawab di Hadapan Tuhan
Dalam bagian akhir pesannya, Paus Leo XIV menegaskan bahwa perdamaian bukan sekadar pilihan moral, tetapi kewajiban spiritual dan tanggung jawab politik.
“Perdamaian adalah prioritas semua politik. Tuhan akan meminta pertanggungjawaban mereka yang memicu perang atau gagal mencari jalan damai,” katanya.Ia menyerukan para pemimpin dunia untuk berani “memulai era negosiasi, bukan konflik; era dunia tanpa perang.”
Berani Berdamai di Tengah Dunia yang Bising
Ketika malam menurunkan keheningan di Koloseum, doa lintas iman menggema.
Paus Leo XIV menutup pertemuan dengan seruan lembut namun kuat:
“Sekalipun dunia menutup telinga terhadap seruan ini, Tuhan akan mendengarkan doa kita. Dia menghendaki dunia tanpa perang. Dia akan membebaskan kita dari kejahatan ini.”
Pertemuan di Roma itu kembali menegaskan satu hal: Perdamaian tidak hanya cita-cita lintas agama, melainkan panggilan universal seluruh umat manusia.