Loading
Ilustrasi - Kaligrafi dalam seni tradisional dunia Islam dan Tiongkok. (Net)
GLOBAL HARMONY | CULTURE CONNECT
DI TENGAH dinamika hubungan antarnegara, seni sering kali menjadi bahasa universal yang menembus batas. Tunisia—negara di Afrika Utara yang lama dikenal sebagai persimpangan peradaban Mediterania, Arab, dan Afrika—kembali menunjukkan perannya sebagai jembatan budaya melalui sebuah kolaborasi unik: pertukaran kaligrafi Arab dan China.
Kolaborasi ini muncul dari pertemuan para seniman dan akademisi yang melihat bahwa huruf bukan sekadar simbol, melainkan jejak sejarah dan cara pandang hidup. Bagi Tunisia, kaligrafi Arab telah menjadi bagian dari identitas visual sejak berabad-abad lalu. Sementara bagi China, seni menulis huruf bukan hanya estetika, tetapi juga meditasi dan filsafat.
Kaligrafi Sebagai Titik Temu Dua Tradisi Besar
Meski berbeda bentuk dan karakter, kaligrafi Arab dan China memiliki satu kesamaan: keduanya berkembang menjadi seni adiluhung yang dihormati dalam peradaban masing-masing. Di Tunisia, seni Arab berkembang dari tradisi Islam, dengan lekukan huruf yang melambangkan keindahan spiritual. Di sisi lain, kaligrafi China lahir dari tradisi Tiongkok kuno yang menekankan harmoni dan keseimbangan.
Pertemuan dua tradisi ini di Tunisia membuka ruang dialog baru. Para seniman yang terlibat menganggap bahwa kesamaan filosofi—ketenangan, disiplin, dan penghormatan pada garis—menjadi dasar yang kuat untuk kolaborasi kreatif. Dari situlah muncul lokakarya bersama, pameran lintas negara, serta karya-karya yang memadukan huruf Arab dan aksara Mandarin dalam satu bidang kanvas.
Tunisia sebagai Ruang Dialog Budaya
Tunisia sudah lama menjadi tempat pertemuan berbagai budaya. Namun proyek kaligrafi Arab–China ini menghadirkan dinamika baru: pengunjung pameran tidak hanya melihat tulisan, tetapi juga memahami kisah di balik setiap tarikan kuas.
Beberapa seniman Tunisia mengakui bahwa proses belajar kaligrafi China memberi mereka perspektif baru tentang ritme, ruang, dan ketelitian. Sementara para kaligraf China yang datang ke Tunisia merasa menemukan energi baru dalam gaya huruf Arab yang lebih melengkung dan ekspresif.
Dalam sejumlah kegiatan publik, para seniman bahkan memperagakan cara menulis huruf keduanya secara langsung. Penonton dibuat takjub melihat bagaimana dua huruf yang sangat berbeda bisa “berbicara” dalam harmoni visual.
Lebih dari Sekadar Seni: Jembatan Persahabatan
Apa yang terjadi di Tunisia bukan sekadar proyek seni. Ia menjadi simbol hubungan yang semakin erat antara dunia Arab dan Tiongkok, terutama dalam konteks pertukaran budaya global.
Kaligrafi yang dipamerkan di Tunisia tidak hanya memadukan dua gaya menulis, tetapi juga mengirim pesan bahwa kesenian dapat menjadi sarana diplomasi yang lembut. Lewat garis, tinta, dan kepekaan artistik, kolaborasi ini menumbuhkan rasa saling menghormati yang lebih kuat.
Para peserta lokakarya menyebut pengalaman ini sebagai kesempatan untuk memahami peradaban lain dari sudut pandang yang sangat personal: melalui gerakan tangan, napas, dan ritme yang mengalir di setiap huruf.
Arah Baru Kolaborasi Budaya Global
Seiring meningkatnya minat masyarakat internasional terhadap seni kaligrafi, Tunisia berpotensi menjadi ruang pertemuan yang lebih inklusif bagi seniman lintas negara. Kolaborasi Arab–China ini dipandang sebagai model bagaimana seni dapat memelihara hubungan antarkomunitas tanpa harus kehilangan karakter masing-masing.
Dalam konteks Global Harmony | Culture Connect, pertemuan itu menunjukkan bahwa harmoni bukan berarti menyeragamkan, melainkan memberi ruang untuk saling mengenal dan tumbuh bersama. Dengan kata lain: ketika huruf dan kuas berpadu, persahabatan menjadi lebih dari sekadar kata-kata.