Selasa, 30 Desember 2025

Arah Ekonomi Biru Indonesia: Laut Sehat untuk Masa Depan yang Berkelanjutan


 Arah Ekonomi Biru Indonesia: Laut Sehat untuk Masa Depan yang Berkelanjutan Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono. ANTARA/HO-Humas KKP

JAKARTA, ARAHKITA.COM – Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono menegaskan bahwa ekonomi biru Indonesia hanya bisa berjalan jika laut tetap sehat. Menurutnya, perlindungan ekosistem laut bukan sekadar isu lingkungan, tetapi fondasi bagi kesehatan manusia, ketahanan pangan, hingga keamanan energi nasional.

Dalam pemaparannya di Jakarta, Selasa (2/12/2025), Trenggono mengingatkan bahwa laut adalah sumber kehidupan yang selama ini sering luput dari perhatian. “Hampir semua kebutuhan dasar manusia—pangan, air, bahkan udara bersih—bermula dari laut. Ketika laut rusak, ancamannya langsung terasa bagi manusia,” ujarnya.

Ekosistem Laut Indonesia Kian Tertekan

Ia menjelaskan bahwa ekosistem laut Indonesia ditopang miliaran organisme yang saling terhubung. Namun ruang hidup mereka terus menyempit akibat aktivitas penangkapan ikan intensif, logistik maritim, hingga eksploitasi minyak dan gas.

Trenggono menggambarkan situasi itu dengan sederhana: “Kalau kita lihat peta pergerakan kapal, laut kita hampir tidak punya ruang bernapas. Itu tanda ekosistem menuju kondisi tidak sehat.”

Lima Prioritas Kebijakan Ekonomi Biru

Untuk memulihkan kondisi tersebut, Kementerian Kelautan dan Perikanan mendorong percepatan lima agenda ekonomi biru:

  1. Perluasan kawasan konservasi laut.
  2. Penangkapan ikan terukur berbasis kuota.
  3. Pengembangan budidaya laut yang berkelanjutan.
  4. Pengelolaan pesisir dan pulau-pulau kecil.
  5. Pengurangan dan pengelolaan sampah plastik laut.

Ia menyoroti contoh keberhasilan di Teluk Cenderawasih, di mana konservasi penyu terbukti memulihkan ekosistem sekaligus meningkatkan manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar.

Tantangan: Kepatuhan Teknologi & Tekanan Ekonomi Harian

Di sisi lain, implementasi ekonomi biru masih berhadapan dengan tantangan. Mulai dari kepatuhan nelayan terhadap penggunaan Vessel Monitoring System (VMS) dan Automatic Identification System (AIS), hingga tekanan kebutuhan ekonomi jangka pendek masyarakat pesisir.

“Banyak warga pesisir berpikir tentang makan hari ini, bukan ekologi. Itu bukan salah mereka. Tugas kita memastikan mereka bisa sejahtera tanpa merusak laut,” tegasnya dikutip Antara.

Dampak Positif: Kampung Nelayan Merah Putih

Program Kampung Nelayan Merah Putih mencatat peningkatan produktivitas hingga 120 persen dan kini diperluas ke 100 lokasi. Dalam jangka panjang, pemerintah menargetkan pengembangan 1.000–4.000 desa melalui pendekatan ekonomi biru yang inklusif.

Indonesia sebagai Pemimpin Ekonomi Biru Global

Trenggono menuturkan bahwa transformasi ekonomi biru adalah agenda strategis Indonesia untuk menjawab tantangan global. Dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia, Indonesia memiliki posisi penting dalam mengarahkan pembangunan maritim yang berkelanjutan.

Untuk memperkuat momentum ini, KKP bekerja sama dengan Blue Ocean Strategy Fellowship 2025 mengadakan forum bisnis “Unlocking the Blue Economy for Sustainable Marine Ecosystems”. Forum tersebut mempertemukan pemimpin usaha, regulator, akademisi, hingga inovator dari sektor perikanan, teknologi digital, agribisnis, logistik, energi, dan industri kreatif.

Trenggono menutup paparannya dengan penekanan kuat: “Laut Indonesia bukan hanya aset nasional, tetapi elemen penting keseimbangan iklim dunia. Menjaganya berarti menjaga masa depan umat manusia.”

Editor : Farida Denura

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

Green Economy Insight Terbaru