Rabu, 31 Desember 2025

Sindikat Penipuan Online di Bali Dikendalikan dari Kamboja, Polisi Tangkap 38 Pelaku


 Sindikat Penipuan Online di Bali Dikendalikan dari Kamboja, Polisi Tangkap 38 Pelaku Kepala Kepolisian Daerah Bali Inspektur Jenderal Polisi Daniel Adityajaya (tengah) memberikan keterangan kepada wartawan terkait pengungkapan kasus penipuan daring jaringan internasional saat konferensi pers di Denpasar, Bali, Rabu (11/6/2025). ANTARA/Rolandus Nampu

DENPASAR, ARAHKITA.COM - Direktorat Reserse Siber (Ditreskrimsus) Polda Bali berhasil membongkar jaringan penipuan online berskala internasional yang beroperasi dari Denpasar dan dikendalikan langsung oleh otak sindikat yang bermarkas di Kamboja.

Dalam penggerebekan yang dilakukan di lima lokasi berbeda di wilayah Denpasar, sebanyak 38 orang berhasil diamankan. Mereka diketahui bekerja sebagai operator penipuan daring dengan sasaran utama warga negara asing, khususnya dari Amerika Serikat.

Modus Penipuan Lewat Telegram

Direktur Reserse Siber Polda Bali, Kombes Pol. Ranefli Dian Candra menjelaskan, sindikat ini dipimpin oleh seseorang berinisial VV yang berada di Kamboja. VV memiliki peran utama dalam menyuplai data calon korban kepada para operator di Bali, termasuk nama dan nomor telepon.

Para pelaku kemudian menghubungi korban melalui aplikasi Telegram dengan berbagai modus, seperti berpura-pura salah sambung, mengajak ngobrol karena kesepian, atau menawarkan kerja sama bisnis. Jika korban mulai terbujuk, komunikasi akan dialihkan ke VV melalui tautan khusus di Telegram.

"Begitu korban mengklik tautan tersebut, data pribadi mereka langsung terunduh dan disimpan oleh sistem yang telah disiapkan pelaku," ungkap Kombes Ranefli dalam konferensi pers di Denpasar, Rabu (11/6/2025).

Menariknya, hampir semua data calon korban yang ditemukan menggunakan kode +1, yang merupakan kode negara Amerika Serikat. Hal ini memperkuat dugaan bahwa target utama sindikat ini adalah WNA Amerika, baik yang tinggal di Indonesia maupun di negara lain.

Operasi Sejak 2023, Gaji Dibayar Kripto

Dari pengakuan para tersangka, kegiatan penipuan ini telah berlangsung sejak November 2023. Awalnya hanya melibatkan lima orang sebagai operator, namun karena jumlah korban terus meningkat, sindikat ini memperluas jaringannya hingga menjadi 38 orang, dengan dua di antaranya menjabat sebagai pemimpin di setiap lokasi.

Setiap operator digaji sebesar 200 dolar AS per bulan, yang dikirim dalam bentuk aset kripto agar tidak mudah dilacak.

Penggerebekan di Lima Lokasi

Pengungkapan kasus ini bermula dari laporan aktivitas mencurigakan di sebuah rumah di Jalan Nusa Kambangan, Denpasar pada Senin, 9 Juni 2025 pukul 01.00 WITA. Setelah dilakukan pengintaian dan penyelidikan, Tim Siber Polda Bali melakukan penggerebekan dan menemukan sembilan orang tengah melakukan aktivitas penipuan lengkap dengan komputer dan perangkat komunikasi.

Berdasarkan keterangan para pelaku, tim lalu menggerebek empat lokasi lainnya di wilayah Denpasar dan berhasil mengamankan total 38 orang (31 pria dan 7 wanita), beserta barang bukti berupa 82 unit ponsel dan 47 komputer berbagai merek.

Kini, seluruh pelaku telah diamankan di Rutan Polda Bali dan masih menjalani pemeriksaan untuk pengembangan kasus lebih lanjut. Polda Bali juga tengah melakukan koordinasi antarnegara untuk menelusuri jaringan lebih luas yang terhubung dengan pelaku di Kamboja dikutip dari Antara.

Editor : Farida Denura

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

Hukum & Kriminalitas Terbaru