Selasa, 30 Desember 2025

Data Militer Israel Bocor: 83% Korban Tewas di Gaza adalah Warga Sipil


 Data Militer Israel Bocor: 83% Korban Tewas di Gaza adalah Warga Sipil Data Militer Israel Bocor: 83% Korban Tewas di Gaza adalah Warga Sipil. (The Guardian/ Anadolu)

JAKARTA, ARAHKITA.COM - Sebuah laporan investigatif gabungan dari The Guardian, +972 Magazine, dan Local Call mengungkapkan bahwa data rahasia militer Israel menunjukkan 83% korban tewas di Gaza hingga Mei 2025 adalah warga sipil.

Temuan ini berasal dari basis data internal militer Israel (IDF) yang mencatat hanya 8.900 nama militan Hamas dan Jihad Islam Palestina yang diyakini tewas dari total 53.000 korban jiwa menurut Kementerian Kesehatan Gaza.

Angka ini menimbulkan kekhawatiran serius di kalangan pengamat konflik internasional karena menunjukkan tingkat kematian sipil yang sangat tinggi. Perbandingan rasio 5 banding 1 antara korban sipil dan militan hampir tidak pernah terjadi dalam konflik modern, bahkan dalam perang berdarah seperti di Suriah atau Sudan.

Therése Pettersson dari Program Data Konflik Uppsala, dilaporkan The Guardian, menyatakan bahwa tingkat kematian warga sipil dalam perang Gaza tergolong ekstrem dan sangat jarang terlihat dalam konflik berskala besar sejak 1989. Hanya beberapa kejadian seperti genosida Rwanda dan pengepungan Mariupol yang memiliki rasio serupa.

Militer Israel sendiri tidak membantah keberadaan data tersebut, namun menolak memberikan penjelasan rinci saat dimintai komentar. Sementara itu, pernyataan resmi yang diberikan hanya menyebut bahwa angka dalam laporan tidak akurat, tanpa menyebutkan data mana yang dianggap salah.

Pensiunan jenderal Israel Itzhak Brik menyebut klaim politik soal jumlah militan yang tewas telah dibesar-besarkan, dan menyebut bahwa data resmi sangat berbeda dengan kenyataan di lapangan. Ia juga mengutip keterangan langsung dari tentara aktif bahwa sebagian besar korban yang mereka identifikasi adalah warga sipil.

Laporan juga mengungkap bahwa tentara Israel di lapangan diberikan izin untuk mencatat korban tewas sebagai militan tanpa proses verifikasi, bahkan jika korban tidak memiliki keterkaitan langsung dengan Hamas. Sumber intelijen menyebut bahwa banyak warga sipil secara otomatis diklasifikasikan sebagai "teroris" pascakematian mereka.

Situasi semakin memburuk karena serangan terhadap pusat distribusi bantuan telah menewaskan ratusan orang yang mencoba mengakses makanan. Dengan lebih dari 80% wilayah Gaza berada dalam kehancuran dan warga sipil terkonsentrasi di wilayah yang sempit, operasi militer Israel dinilai semakin memperbesar risiko jatuhnya korban non-kombatan.

Mary Kaldor, profesor emeritus dari LSE dan pakar peperangan modern, menyatakan bahwa pendekatan militer Israel di Gaza menyerupai taktik “pembunuhan terencana” dibandingkan dengan perang konvensional. Menurutnya, tujuan operasi tampaknya adalah dominasi dan pengungsian paksa, bukan netralisasi militer murni.

Kritik juga datang dari akademisi internasional, aktivis HAM, dan sejumlah tokoh Israel sendiri, yang menyatakan bahwa pola kekerasan ini mengarah pada dugaan genosida. Banyak dari mereka menyoroti bahwa retorika para pemimpin militer dan politisi Israel telah melewati batas etika dan hukum internasional.

 

 

Editor : Lintang Rowe

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

Internasional Terbaru