Loading
Arsip foto- Seorang anak bersama pengungsi lainnya menunggu pembagian makanan gratis dari pusat distribusi makanan di Kota Gaza, Palestina (14/7/2025). ANTARA/Xinhua/Rizek Abdeljawad/aa.
JENEWA, ARAHKITA.COM – Harapan warga Gaza untuk keluar dari penderitaan tampaknya masih jauh dari kenyataan. Meski gencatan senjata telah diberlakukan selama dua minggu terakhir, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa situasi kemanusiaan di wilayah itu masih sangat genting.
Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengatakan bahwa kondisi kelaparan dan kekurangan bantuan di Gaza belum menunjukkan perbaikan berarti. “Gencatan senjata ini memang membawa sedikit harapan, tapi kenyataannya kebutuhan warga masih sangat besar dan jauh dari terpenuhi,” ujarnya dalam konferensi pers di Jenewa, Kamis (23/10/2025).
Bantuan Masih Minim, Warga Tak Mampu Beli Bahan Pokok
Tedros menegaskan, meskipun jumlah bantuan sedikit meningkat sejak gencatan senjata dimulai, volumenya tetap “hanya sebagian kecil” dari kebutuhan sebenarnya.
Ia juga menyoroti bahwa banyak truk yang masuk ke Gaza saat ini justru membawa barang komersial, bukan bantuan kemanusiaan. “Masalahnya, warga Gaza tidak punya uang untuk membeli. Mereka kelaparan, bukan karena makanan tidak ada, tapi karena tidak terjangkau,” kata Tedros.
Baca juga:
Gaza Masih Dilanda Kelaparan Meski Gencatan Senjata Berlaku, WHO Peringatkan Krisis Belum UsaiEvakuasi Medis Terhambat, Ratusan Pasien Meninggal Saat Menunggu
WHO juga menyoroti lambatnya proses evakuasi medis. Menurut Tedros, evakuasi yang dilakukan hanya seminggu sekali tidak cukup untuk menolong ribuan warga yang membutuhkan perawatan darurat.
“Setidaknya 700 orang meninggal dunia karena menunggu terlalu lama untuk dipindahkan. Beberapa dari mereka bisa diselamatkan jika akses medis lebih cepat,” ujarnya.
Lebih dari 15.000 pasien, termasuk 4.000 anak-anak, membutuhkan perawatan di luar Gaza. WHO pun mendesak Israel agar membuka jalur ke Tepi Barat dan Yerusalem Timur, serta mendorong negara-negara lain untuk menerima pasien Gaza yang membutuhkan pengobatan.
Penyeberangan Rafah Harus Dibuka, Bantuan Menumpuk di Mesir
Tedros juga menyinggung soal penutupan penyeberangan Rafah, yang seharusnya kembali dibuka minggu lalu. Akibatnya, bantuan dalam jumlah besar kini menumpuk di Al-Arish, Mesir, menunggu izin untuk masuk ke Gaza.
“Ratusan truk bantuan sudah siap berangkat. Setiap hari penundaan berarti semakin banyak nyawa yang terancam,” ujarnya dikutip dari Antara.
Butuh Dana Besar untuk Pulihkan Sistem Kesehatan
WHO memperkirakan, rencana 60 hari gencatan senjata yang mereka jalankan membutuhkan dana sekitar 45 juta dolar AS (sekitar Rp748 miliar) untuk menopang layanan darurat dan pengawasan penyakit. Namun, membangun kembali sistem kesehatan Gaza diperkirakan akan menelan biaya jauh lebih besar — mencapai 7 miliar dolar AS atau sekitar Rp116 triliun.
Saat ini, lebih dari 170.000 orang terluka, termasuk 5.000 korban amputasi dan 3.600 penderita luka bakar serius. WHO juga mencatat, sekitar satu juta warga Gaza membutuhkan dukungan kesehatan mental akibat trauma berkepanjangan.
“Gencatan senjata memberi jeda, tapi penderitaan belum berakhir. Dunia tidak boleh diam melihat krisis kemanusiaan ini,” tutup Tedros.