Loading
Perdana menteri (PM) sementara Thailand Anutin Charnvirakul dan PM Kamboja Hun Manet mengatakan telah berbicara via telepon secara terpisah dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada Jumat (12/12) untuk membahas konflik perbatasan Thailand-Kamboja. ANTARA/Xinhua.
JAKARTA, ARAHKITA.COM — Bentrokan bersenjata di wilayah perbatasan Kamboja dan Thailand terus meluas dan berdampak langsung pada sektor pendidikan. Sejumlah sekolah di kedua negara terpaksa menghentikan kegiatan belajar mengajar demi alasan keamanan.
Di Kamboja, Kementerian Pendidikan melaporkan sedikitnya 1.039 sekolah di enam provinsi harus ditutup akibat meningkatnya intensitas pertempuran. Penutupan tersebut mengganggu aktivitas pendidikan 9.797 guru dan lebih dari 242 ribu siswa, sebagaimana dilaporkan media lokal Fresh News.
Situasi kemanusiaan juga kian memburuk. Kementerian Dalam Negeri Kamboja mengonfirmasi dua warga sipil kembali tewas, sehingga total korban sipil mencapai 15 orang, dengan 73 lainnya mengalami luka-luka sejak konflik meningkat. Laporan resmi pemerintah Kamboja juga menyebut adanya serangan udara jet tempur F-16 Thailand yang memasuki wilayah Kamboja.
Di sisi lain perbatasan, Thailand juga mengalami dampak serius. Menurut laporan Thai Enquirer, lebih dari 600 sekolah dan rumah sakit di wilayah perbatasan Thailand ditutup. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Thailand, Nikorndej Balankura, menyatakan pemerintah Bangkok telah mengajukan laporan resmi ke Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia menyusul tewasnya sembilan warga sipil Thailand.
Media Thailand juga melaporkan bahwa Angkatan Udara Thailand melakukan serangan balasan menggunakan jet F-16 ke posisi militer Kamboja, sementara pertempuran darat dilaporkan masih berlangsung sengit di beberapa titik perbatasan.
Eskalasi konflik ini menarik perhatian internasional. China menyatakan keprihatinan mendalam atas meningkatnya korban jiwa. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Guo Jiakun, menegaskan bahwa Beijing terus memantau perkembangan situasi.
“Kami menyampaikan duka cita atas jatuhnya korban di kedua pihak. Kamboja dan Thailand adalah negara bertetangga, dan hubungan bertetangga yang baik adalah aset yang sangat berharga,” ujar Guo dalam konferensi pers di Beijing dilansir Antara.
Ia menekankan bahwa perlindungan warga sipil dan penghentian pertempuran harus menjadi prioritas utama. China juga mendorong kedua negara untuk menahan diri dan segera mengambil langkah konkret menuju gencatan senjata.
Pejabat dan media lokal memperkirakan sekitar 700 ribu warga telah mengungsi dari wilayah perbatasan di kedua negara sejak konflik kembali memanas pekan lalu. Secara keseluruhan, Kamboja mencatat 15 korban sipil tewas, sementara Thailand melaporkan 16 prajurit dan sembilan warga sipil meninggal dunia.
Bentrok ini terjadi meski sebelumnya Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyebut para pemimpin Kamboja dan Thailand telah sepakat menghentikan pertempuran. Pada Oktober lalu, kedua negara juga sempat menandatangani kesepakatan damai di Kuala Lumpur yang disaksikan Trump dan Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim. Namun, kesepakatan tersebut kembali ditangguhkan setelah insiden ledakan ranjau darat yang melukai tentara Thailand di wilayah perbatasan.
Hingga kini, otoritas Thailand menyebut sekitar 18 tentara Kamboja masih ditahan, menyusul serangkaian insiden keamanan yang terjadi dalam lima bulan terakhir. Sengketa perbatasan Kamboja–Thailand sendiri merupakan konflik lama yang berulang kali memicu kekerasan, termasuk bentrokan besar pada Juli lalu yang menewaskan puluhan orang.