Loading
Ilustrasi - COVID-19. (Freepik)
JAKARTA, ARAHKITA.COM – Dunia kembali waspada setelah munculnya varian baru COVID-19 yang dikenal dengan nama Nimbus atau kode ilmiahnya NB.1.8.1. Varian ini tengah menjadi perhatian global karena diduga berkaitan dengan lonjakan kasus di sejumlah negara.
Berikut delapan hal penting yang perlu diketahui tentang varian Nimbus, sebagaimana dijelaskan oleh Prof. Tjandra Yoga Aditama, Direktur Pascasarjana Universitas YARSI dan Adjunct Professor di Griffith University:
1. Mulai Menggeser Varian Sebelumnya
Menurut laporan Disease Outbreak News dari WHO, sejak pertengahan April 2025, varian NB.1.8.1 mulai menggantikan dominasi varian LP.8.1 di berbagai wilayah. Perubahan ini cukup signifikan sehingga menarik perhatian otoritas kesehatan global.
2. Masuk Kategori Varian dalam Pemantauan (VUM)
WHO mengelompokkan varian COVID-19 dalam tiga kategori: Variants of Concern (VOC), Variants of Interest (VOI), dan Variants Under Monitoring (VUM). Varian Nimbus kini diklasifikasikan sebagai VUM, namun status ini bisa berubah seiring perkembangan data dan dampaknya terhadap masyarakat.
3. Punya Kaitan Genetik dengan Varian Lain
Dari sisi genetik, varian NB.1.8.1 masih berhubungan dengan varian XDV.1.5.1 dan JN.1. Jika dibandingkan dengan LP.8.1, varian Nimbus memiliki sejumlah mutasi pada bagian spike protein, yaitu di posisi T22N, F59S, G184S, A435S, V445H, dan T478I.
4. Lebih Mudah Menular
Mutasi di posisi 445 pada spike protein menunjukkan peningkatan kemampuan varian ini untuk menempel pada reseptor ACE2 di tubuh manusia. Inilah yang diduga membuatnya lebih cepat menyebar dibandingkan varian sebelumnya.
5. Bisa Menghindari Antibodi
Mutasi di posisi 435 dan 478 juga berpengaruh pada kemampuan virus menghindari sistem imun tubuh. Ini menyebabkan antibodi yang terbentuk dari vaksin atau infeksi sebelumnya bisa kurang efektif dalam menetralisasi varian Nimbus.
6. Mulai Tersebar di Banyak Negara
Hingga 18 Mei 2025, sebanyak 518 sekuen varian NB.1.8.1 telah dilaporkan ke GISAID oleh 22 negara. Pada minggu ke-17 tahun 2025, varian ini mewakili 10,7% dari total data global—naik drastis dari 2,5% pada empat minggu sebelumnya.
7. Terjadi Peningkatan di Tiga Benua
Varian Nimbus menunjukkan lonjakan penyebaran di Asia, Eropa, dan Amerika. Di Indonesia, penguatan surveilans genomik sangat disarankan. Salah satunya dengan mewajibkan tes COVID-19 pada semua pasien dengan gejala Severe Acute Respiratory Illness (SARI) dan sebagian pasien Influenza-Like Illness (ILI). Hasil positif kemudian sebaiknya dikirim untuk whole genome sequencing.
8. Gejala dan Potensi Risiko
Berdasarkan informasi dari World Health Network, varian Nimbus kemungkinan lebih cepat menular dibanding varian sebelumnya. Gejalanya termasuk sakit tenggorokan parah seperti tersayat, lelah, batuk ringan, demam, dan nyeri otot. Belum ada kepastian soal tingkat keparahan penyakit, namun data akan terus dikumpulkan.
Yang menarik, varian ini muncul saat musim panas, menunjukkan bahwa COVID-19 tak hanya menyebar di musim dingin.