Rabu, 31 Desember 2025

Anak dengan Mata Malas Berisiko Alami Hipertensi dan Serangan Jatung saat Dewasa


 Anak dengan Mata Malas Berisiko Alami Hipertensi dan Serangan Jatung saat Dewasa Ilustrasi pemeriksaan mata. (Foto Antaranews)

JAKARTA, ARAHKITA.COM - Kondisi mata malas di masa kanak-kanak ternyata bisa meningkatkan risiko terjadinya obesitas, hipertensi, sindrom metabolik, dan serangan jantung ketika mereka dewasa.

Amblyopia atau mata malas adalah suatu kondisi perkembangan saraf yang menyebabkan berkurangnya penglihatan pada salah satu mata. Penyakit ini berkembang ketika koordinasi otak dan mata terganggu, menyebabkan otak semakin bergantung pada mata yang lebih kuat, sehingga terjadi penurunan penglihatan pada mata yang lebih lemah.

Tanda-tanda dari kondisi ini antara lain salah satu mata bergerak ke dalam atau ke luar, bisa juga salah satu mata menyipit, persepsi kedalaman yang buruk, kepala miring, dan penglihatan yang buruk. Karena kondisi ini biasanya hanya memengaruhi satu mata, banyak anak mungkin tidak menyadari adanya masalah pada penglihatan mereka sampai mereka melakukan tes penglihatan rutin.

Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal eClinicalMedicine, para peneliti mengidentifikasi korelasi antara mata malas di masa kanak-kanak dan peningkatan risiko kesehatan di masa dewasa. Namun penelitian tersebut tidak menunjukkan hubungan sebab akibat di antara keduanya.

“Amblyopia adalah suatu kondisi mata yang mempengaruhi hingga empat dari 100 anak. Di Inggris, semua anak seharusnya menjalani pemeriksaan penglihatan sebelum usia lima tahun untuk memastikan diagnosis yang cepat dan pengobatan mata yang relevan,” kata penulis terkait, Profesor Jugnoo Rahi seperti dilansir Medical Daily.

“Jarang sekali ada penanda di masa kanak-kanak yang dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit serius di masa dewasa, dan juga penanda yang terukur dan diketahui oleh setiap anak. Temuan kami ini semoga bisa menjadi pemicu untuk mencoba mencapai gaya hidup sehat sejak masa kanak-kanak,” tambah Rahi.

Studi ini mengamati lebih dari 126.000 peserta berusia antara 40 dan 69 tahun yang merupakan bagian dari kelompok Biobank Inggris yang telah menjalani pemeriksaan mata.

Selama perekrutan, peserta ditanyai apakah mereka pernah dirawat karena ambliopia di masa kanak-kanak dan apakah mereka masih mengalami kondisi tersebut. Mereka juga ditanyai tentang diagnosis medis terkait diabetes, tekanan darah tinggi, dan kondisi kardiovaskular/serebrovaskular, termasuk angina, serangan jantung, dan stroke. Di dalamnya termasuk juga BMI (indeks massa tubuh), glukosa darah, dan kadar kolesterol para peserta diukur, dan angka kematian mereka dilacak.

Dari 3.238 peserta yang melaporkan mengalami mata malas saat masih anak-anak, 82,2% mengalami penurunan penglihatan pada salah satu matanya bahkan setelah dewasa.

“Temuan menunjukkan bahwa partisipan yang mengidap ambliopia saat masih anak-anak memiliki kemungkinan 29% lebih tinggi terkena diabetes, 25% lebih tinggi terkena hipertensi, dan 16% lebih tinggi terkena obesitas. Faktor risiko untuk kondisi ini (misalnya, penyakit lain, etnis, dan kelas sosial) juga diperhitungkan,” demikian pernyataan pada rilis berita.

Para peneliti mengamati peningkatan risiko masalah kesehatan tidak hanya pada individu yang terus mengalami masalah penglihatan tetapi juga pada peserta yang menderita ambliopia selama masa kanak-kanak dan mempertahankan penglihatan normal di masa dewasa.

“Penglihatan dan mata adalah penjaga kesehatan secara keseluruhan – baik penyakit jantung atau disfungsi metabolik, keduanya terkait erat dengan sistem organ lain. Inilah salah satu alasan mengapa kami menyaring penglihatan yang baik pada kedua mata. Kami menekankan bahwa penelitian kami tidak menunjukkan hubungan sebab akibat antara ambliopia dan kesehatan yang buruk di masa dewasa,” kata penulis pertama, Dr. Siegfried Wagner.

“Penelitian kami menunjukkan bahwa rata-rata orang dewasa yang menderita ambliopia saat masih anak-anak lebih mungkin mengalami kelainan ini dibandingkan rata-rata orang dewasa yang tidak menderita ambliopia. Temuan ini tidak berarti bahwa setiap anak dengan ambliopia pasti akan mengalami penyakit kardiometabolik dalam kehidupan dewasa," tambah Wagner.

Editor : Lintang Rowe

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

Kesehatan Terbaru