Selasa, 30 Desember 2025

Diplomasi Kesehatan Global Jadi Fokus, Prof Tjandra Tekankan Peran Aktif Indonesia


  • Kamis, 18 September 2025 | 22:30
  • | News
 Diplomasi Kesehatan Global Jadi Fokus, Prof Tjandra Tekankan Peran Aktif Indonesia pakar kesehatan Prof Tjandra Yoga Aditama hadir sebagai narasumber sekaligus fasilitator dalam pelatihan Kemenkes, bahas peran Indonesia di WHO hingga isu Pathogen Access and Benefit Sharing (PABS) foto bersama peserta. (Foto: Dok. Pribadi)

JAKARTA, ARAHKITA.COM – Diplomasi kesehatan global menjadi sorotan dalam Pelatihan Diplomasi Kesehatan Global yang diselenggarakan Pusat Pengembangan Kompetensi Aparatur Kesehatan Kementerian Kesehatan pada 17–18 September 2025. Dalam forum ini, pakar kesehatan Prof Tjandra Yoga Aditama hadir sebagai narasumber sekaligus fasilitator.

Pada sesi 17 September, Prof Tjandra memaparkan berbagai dinamika diplomasi kesehatan internasional, mulai dari forum WHO, deklarasi ASEAN, hingga side event G20. Ia juga menyoroti empat proses utama tata kelola WHO, yaitu World Health Assembly (WHA), Executive Board (EB), Programme, Budget and Administration Committee (PBAC), serta Standing Committee on Health Emergency Prevention, Preparedness and Response (SCHEPPR).

“SCHEPPR mulai aktif setelah pandemi COVID-19, dengan dua kerangka kerja: saat terjadi Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) dan di luar situasi darurat tersebut,” jelas Prof Tjandra.

Sehari setelahnya, 18 September, Prof Tjandra bersama perwakilan Kementerian Luar Negeri memandu simulasi sidang WHO di Jenewa. Dalam simulasi tersebut, peserta dilatih untuk menyusun intervensi, melakukan negosiasi, mencermati perbedaan pandangan antarnegara, hingga menerapkan kaidah diplomatik internasional.

Topik utama yang dibahas adalah Pathogen Access and Benefit Sharing (PABS), yang menekankan keseimbangan antara akses negara terhadap patogen penyebab potensi pandemi dengan manfaat yang seharusnya diterima. Manfaat tersebut mencakup ketersediaan vaksin, obat-obatan, sarana diagnostik, transfer teknologi, hingga penguatan kapasitas sumber daya di negara yang membutuhkan.Menurut Prof Tjandra, antusiasme peserta menunjukkan kesadaran pentingnya diplomasi kesehatan global bagi pembangunan kesehatan nasional.

“Diplomasi kesehatan global adalah bagian penting dari program kesehatan bangsa dan menunjukkan kontribusi aktif Indonesia dalam kesehatan dunia,” tegasnya.

Sebagai informasi, Prof Tjandra adalah Direktur Pascasarjana Universitas YARSI dan Adjunct Professor Griffith University. Ia juga penerima Rekor MURI 2024 atas penulisan artikel COVID-19 di media massa, penghargaan Paramakarya Paramahusada 2024 dari PERSI, serta penghargaan Achmad  Bakrie XXI tahun 2025 di bidang kesehatan.

Editor : Farida Denura

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

News Terbaru