Loading
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Arifah Fauzi (lima kanan) bersama Bupati Nganjuk Marhaen Djumadi (empat kiri), dan Wakil Bupati Nganjuk Tri Handi Saputro (kanan) di depan Monumen Pahlawan Buruh Marsinah di Kecamatan Sukomoro, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, Minggu (19/10/2025). ANTARA/Anita Permata Dewi/aa.
NGANJUK, ARAHKITA.COM — Semangat Marsinah, aktivis buruh asal Nganjuk, kembali digaungkan sebagai simbol perjuangan perempuan pekerja Indonesia. Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Arifah Fauzi menegaskan, sosok Marsinah adalah cerminan keberanian seorang perempuan yang tidak gentar memperjuangkan keadilan dan hak-hak pekerja.
“Marsinah bukan sekadar bagian dari sejarah, tetapi simbol nyata perempuan yang berani bersuara melawan ketidakadilan,” ujar Menteri Arifah Fauzi saat berziarah ke makam Marsinah di Nganjuk, Jawa Timur.
Dalam kunjungan itu, Menteri Arifah didampingi Bupati Nganjuk Marhaen Djumadi dan Wakil Bupati Trihandy Cahyo Saputro. Mereka menyempatkan diri mengunjungi rumah keluarga Marsinah sebelum berziarah ke makamnya.
Menurut Menteri Arifah, keberanian Marsinah bukan hanya menjadi inspirasi bagi kaum buruh, tapi juga bagi seluruh perempuan Indonesia yang berjuang untuk keadilan.
“Kami datang untuk mengenang perjuangan Marsinah—seorang perempuan pekerja dengan keberanian luar biasa yang menginspirasi bangsa ini,” tambahnya.
Menuju Gelar Pahlawan Nasional
Pemerintah melalui Kementerian Sosial (Kemensos) tengah memproses pengusulan Marsinah sebagai Pahlawan Nasional. Hal ini dikonfirmasi langsung oleh Wakil Menteri Sosial Agus Jabo Priyono, yang menyebut usulan tersebut telah mendapat dukungan penuh dari Presiden Prabowo Subianto.
Dukungan itu disampaikan Presiden Prabowo pada peringatan Hari Buruh 1 Mei 2025 di Monas, Jakarta, sebagai bentuk pengakuan terhadap perjuangan panjang para buruh Indonesia.
Langkah ini menjadi titik balik dalam sejarah gerakan buruh nasional, sekaligus bentuk penghormatan negara kepada sosok Marsinah yang gugur karena memperjuangkan hak-hak pekerja dengan keberanian dan ketulusan.
“Marsinah berjuang bukan karena kekuasaan, tapi karena keyakinan bahwa setiap pekerja berhak mendapatkan keadilan,” tutur Arifah dikutip Antara.
Kini, nama Marsinah kembali hidup di hati masyarakat — bukan sekadar kenangan, tetapi sebagai simbol bahwa suara perempuan pekerja tidak boleh dipadamkan.