Loading
Prof. Tjandra Yoga Aditama, mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara yang pernah tinggal di New Delhi pada 2015–2020. (Foto: Dok. Pribadi)
JAKARTA, ARAHKITA.COM – Pemerintah Indonesia menjalin kerja sama dengan India untuk pengembangan program Makan Bergizi Gratis (MBG). Kepala Badan Gizi Nasional menyebutkan, India akan memberikan bimbingan teknis yang mencakup pengawasan, peningkatan kualitas layanan, hingga pengembangan institusi pelaksana program MBG di tanah air.
India selama puluhan tahun dikenal sukses menjalankan program makan siang di sekolah, atau Mid-Day Meal Scheme, yang kini disebut PM Poshan Shakti Nirman. Program ini dilaksanakan di sekolah-sekolah negeri dan sekolah yang mendapat dukungan pemerintah. Secara nasional, program tersebut telah berjalan sejak 1995, meski embrionya sudah muncul di berbagai negara bagian jauh sebelumnya — di Madras pada 1920, Puducherry pada 1930, dan Tamil Nadu pada 1960-an.
Tonggak penting program ini terjadi pada 2001, saat Mahkamah Agung India mewajibkan setiap negara bagian untuk melaksanakan Mid-Day Meal secara desentralisasi. Kini, lebih dari 120 juta anak di 1,27 juta sekolah di seluruh India menerima manfaat program ini, menjadikannya salah satu program makan bergizi terbesar di dunia.
Pada 2006, pemerintah India mengeluarkan panduan resmi The National Programme of Nutritional Support to Primary Education (NP-NSPE). Dokumen ini mendorong pemerintah daerah untuk memobilisasi partisipasi masyarakat dan membangun kerja sama publik–swasta (public–private partnership) dalam pelaksanaannya.
Salah satu contoh keberhasilan kolaborasi ini adalah kemitraan dengan lembaga nirlaba Akshaya Patra Foundation. Yayasan ini dikenal luas atas kontribusinya dalam penyediaan makanan bergizi bagi jutaan anak sekolah di India. Pada 2 April 2024 lalu, Akshaya Patra memperingati pencapaian 4 miliar porsi makanan yang telah mereka sajikan — sebuah peristiwa yang bahkan dirayakan secara khusus di kantor PBB, New York. Acara tersebut menyoroti tiga keberhasilan utama: inovasi kebijakan, kualitas nutrisi yang terjaga, dan keamanan pangan.
Menurut Prof. Tjandra Yoga Aditama, mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara yang pernah tinggal di New Delhi pada 2015–2020, ada setidaknya tiga pelajaran penting yang bisa diambil Indonesia dari pengalaman India:
1. Desentralisasi pelaksanaan. Program dijalankan oleh masing-masing negara bagian, menyesuaikan kondisi dan kebutuhan lokal.2. Kolaborasi lintas sektor. Pemerintah menggandeng organisasi masyarakat dan lembaga non-pemerintah untuk memperluas jangkauan dan efektivitas program.3. Fokus pada tiga aspek utama: kebijakan yang inovatif, jaminan mutu gizi, dan keamanan pangan yang ketat.
Ketiga pengalaman ini dinilai relevan untuk memperkuat implementasi program Makan Bergizi Gratis di Indonesia — agar tidak hanya memperluas jangkauan, tetapi juga memastikan bahwa setiap anak menerima makanan yang sehat, aman, dan bergizi sesuai standar nasional.