Loading
Rupiah ditutup melemah 20 poin ke Rp16.583 per dolar AS pada 6 Oktober 2025. (Net)
JAKARTA, ARAHKITA.COM — Nilai tukar rupiah kembali melemah pada penutupan perdagangan Senin (6/10/2025), turun 20 poin atau 0,12 persen ke level Rp16.583 per dolar AS, dibandingkan posisi sebelumnya di Rp16.563 per dolar AS.
Sementara itu, berdasarkan data Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia, rupiah justru tercatat menguat tipis ke Rp16.598 per dolar AS dari posisi akhir pekan lalu di Rp16.611 per dolar AS.
Menurut Ibrahim Assuabi, Analis Mata Uang dan Direktur Laba Forexindo Berjangka, pergerakan rupiah hari ini masih dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi Amerika Serikat (AS) dan meningkatnya keyakinan pasar terhadap rencana pemangkasan suku bunga The Federal Reserve (The Fed) bulan Oktober ini.
“Pasar memperkirakan peluang lebih dari 99 persen bahwa The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin di akhir Oktober, berdasarkan data CME Fedwatch,” ujar Ibrahim dalam keterangan tertulis di Jakarta.
Shutdown Pemerintah AS Perpanjang Ketidakpastian
Selain faktor kebijakan moneter, pelemahan rupiah juga dipicu oleh ketidakpastian politik di AS menyusul kegagalan para senator meloloskan proposal anggaran federal untuk keempat kalinya. Kondisi ini membuat pemerintahan AS terancam shutdown lebih lama, setidaknya hingga pekan depan.
“Ketidakpastian seputar penutupan pemerintah AS menunda rilis data ekonomi penting,” tambah Ibrahim dikutip Antara.
Mengutip laporan Sputnik, shutdown yang berlarut-larut bisa menimbulkan dampak besar bagi ekonomi AS, termasuk pemutusan hubungan kerja (PHK) massal dan kerugian produk domestik bruto (PDB) hingga 15 miliar dolar AS atau sekitar Rp248 triliun per pekan.
Direktur Dewan Ekonomi Nasional Gedung Putih, Kevin Hassett, dalam wawancara dengan CNN yang dikutip RIA Novosti, mengatakan bahwa PHK dapat terjadi jika negosiasi antara pemerintah dan Kongres benar-benar buntu. Namun, ia menambahkan, peluang PHK bisa dihindari jika Partai Demokrat bersikap lebih kompromistis dalam pembahasan anggaran di Senat.
Hingga kini, Kongres AS belum mencapai kesepakatan anggaran untuk tahun fiskal 2025 yang dimulai sejak 1 Oktober lalu. Kebuntuan ini dipicu konflik politik antara Partai Republik dan Partai Demokrat, di mana pihak Republik tidak memiliki mayoritas suara yang cukup untuk meloloskan rancangan anggaran baru.