Selasa, 30 Desember 2025

Pertamina Bangun Ekosistem Energi Bersih, Dorong Transformasi Menuju Masa Depan Rendah Karbon


 Pertamina Bangun Ekosistem Energi Bersih, Dorong Transformasi Menuju Masa Depan Rendah Karbon Direktur Transformasi dan Keberlanjutan Bisnis PT Pertamina (Persero) Agung Wicaksono memaparkan materi dalam panel diskusi di Indonesia International Sustainability Forum (IISF), Jakarta, Sabtu (11/10/2025). (ANTARA/Rizka Khaerunnisa)

JAKARTA, ARAHKITA.COM — PT Pertamina (Persero) menegaskan bahwa transformasi menuju energi bersih di Indonesia tidak bisa berjalan sendiri. Kunci utamanya adalah membangun ekosistem energi terpadu yang menghubungkan inovasi, kolaborasi, dan keberlanjutan di seluruh rantai industri.

Direktur Transformasi dan Keberlanjutan Bisnis PT Pertamina (Persero), Agung Wicaksono, menjelaskan bahwa pendekatan ekosistem ini telah diterapkan dalam pengembangan bahan bakar penerbangan berkelanjutan (Sustainable Aviation Fuel/SAF) — hasil kolaborasi antara Pertamina Patra Niaga, Kilang Pertamina Internasional, dan Pelita Air Service.

“Ke depan, bagaimana memastikan transformasi ini benar-benar terjadi? Kuncinya adalah dengan pendekatan ekosistem,” ujar Agung dalam panel diskusi Indonesia International Sustainability Forum (IISF) di Jakarta, Sabtu (11/10/2025).

Dalam proyek SAF tersebut, Pertamina Patra Niaga berperan mengumpulkan minyak jelantah dari masyarakat. Kilang Pertamina Internasional kemudian mengolahnya di green refinery menjadi SAF, dan Pelita Air Service memanfaatkannya sebagai bahan bakar untuk penerbangan rute Jakarta–Denpasar.

Langkah ini berhasil menekan emisi karbon hingga 84% serta membuka peluang ekonomi sirkular, karena masyarakat bisa menukarkan minyak jelantah dengan nilai ekonomi yang menguntungkan.

Agung menekankan, agar potensi SAF semakin optimal, dibutuhkan dukungan kebijakan dari pemerintah. “Potensi bahan bakar berkelanjutan ini bukan hanya untuk Indonesia, tapi juga bisa menjadi kekuatan di kawasan regional,” ujarnya.

Inovasi Energi Rendah Karbon

Selain SAF, Pertamina juga aktif mengembangkan hidrogen hijau sebagai sumber energi masa depan. Salah satu proyek percontohan tengah dikembangkan di Ulubelu, Lampung, dengan memanfaatkan energi panas bumi sebagai sumber listrik bersih.

Fasilitas ini akan menjadi yang pertama di Indonesia yang mengintegrasikan teknologi anion exchange membrane (AEM) untuk proses elektrolisis. “Kami menargetkan fasilitas ini beroperasi tahun depan, dan berkolaborasi dengan Toyota dalam pengembangannya,” jelas Agung.

Dekarbonisasi di Sektor Hulu

Pertamina juga memperkuat upaya dekarbonisasi di sektor hulu (upstream), yang memiliki potensi besar dalam pengurangan emisi. Saat ini, perusahaan tengah menyiapkan proyek carbon capture and storage (CCS) serta carbon capture, utilization, and storage (CCUS) di Cekungan Sunda Asri, Gundih, dan Sukowati.

Teknologi ini tak hanya menekan emisi, tetapi juga bisa meningkatkan produksi minyak melalui metode enhanced oil recovery (EOR).

Strategi Pertumbuhan Ganda

Agung menjelaskan, transformasi Pertamina dijalankan melalui strategi pertumbuhan ganda (dual growth strategy). Pertama, Pertamina tetap mengoptimalkan bisnis minyak dan gas untuk menjaga profitabilitas.

Kedua, perusahaan mendorong pengembangan bisnis energi rendah karbon sebagai mesin pertumbuhan baru.

“Transformasi tidak akan berjalan bila hanya berfokus pada bisnis existing. Karena itu, mesin kedua kami adalah bisnis energi rendah karbon,” tegas Agung.

Dengan strategi ini, Pertamina berkomitmen menjaga keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan agenda dekarbonisasi, demi mempercepat transisi menuju masa depan energi yang lebih bersih dan berkelanjutan di Indonesia.

Editor : Farida Denura

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

Green Economy Insight Terbaru