Selasa, 30 Desember 2025

JETP Cair 3,1 Miliar Dolar AS: Pemerintah Siap Genjot Proyek Energi Bersih


 JETP Cair 3,1 Miliar Dolar AS: Pemerintah Siap Genjot Proyek Energi Bersih Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto (kanan) bersama Deputy Head of Mission Kedutaan Besar Jerman Thomas Graf (kiri) menyampaikan keterangan terkait perkembangan Just Energy Transition Partnership (JETP) Indonesia di Jakarta, Jumat (5/12/2025). ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha/rwa/am.

JAKARTA, ARAHKITA.COM — Pemerintah menegaskan bahwa sekitar 3,1 miliar dolar AS dari komitmen awal pendanaan Just Energy Transition Partnership (JETP) sudah siap digelontorkan untuk mempercepat pembangunan proyek-proyek energi bersih di Indonesia. Dana ini merupakan bagian dari paket pendanaan JETP senilai 20 miliar dolar AS yang disepakati dalam kerangka transisi energi.

Sementara itu, 5,5 miliar dolar AS lainnya tengah dalam tahap negosiasi dan diarahkan untuk mendukung proyek-proyek yang sudah masuk pipeline pemerintah.

“Dari total komitmen 20 miliar, 3,1 miliar dolar AS sudah termobilisasi melalui skema JETP, sementara 5,5 miliar dolar AS sedang dinegosiasi untuk proyek-proyek konkret,” ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (5/12/2025).

Deretan Proyek Prioritas JETP

Sejumlah proyek strategis sudah berada dalam daftar prioritas JETP dan menunggu proses pendanaan. Beberapa di antaranya meliputi:

  • PLTS Terapung Saguling
  • PLTP Muara Laboh
  • PLTSa Legok Nangka
  • Pengembangan jaringan transmisi di koridor Sulawesi
  • PLTB di Sumatera Selatan
  • Program dedieselisasi untuk mengurangi ketergantungan PLTD

Airlangga juga menyampaikan bahwa komitmen pendanaan JETP untuk Indonesia mengalami peningkatan, dari 20 miliar dolar AS menjadi 21,4 miliar dolar AS. Komitmen tersebut terdiri atas 11 miliar dolar AS dari International Partners Group (IPG) dan 10 miliar dolar AS dari Glasgow Financial Alliance for Net Zero (GFANZ).

Peningkatan ini disebutnya sebagai sinyal kuat bahwa dunia internasional menaruh kepercayaan besar terhadap agenda energi terbarukan Indonesia.

Arah Prioritas Baru dari Jepang dan Jerman

Dengan kepemimpinan IPG kini dipegang Jepang dan Jerman, sejumlah arahan baru dikeluarkan untuk mempercepat implementasi JETP. Salah satunya adalah percepatan adopsi solar rooftop, kejelasan roadmap energi terbarukan lain, dan penguatan proses pengadaan serta tender. Masukan ini juga selaras dengan target penambahan 70 gigawatt (GW) kapasitas pembangkit dalam RUPTL PLN 2025–2034.

“Pendanaan sebesar 21,4 miliar dolar AS adalah komitmen besar. Sekarang tantangannya ada di Indonesia, khususnya lintas kementerian, untuk memastikan implementasinya berjalan cepat,” ujar Airlangga dikutip Antara.

Satgas TEH Didorong Percepat Eksekusi

Untuk memastikan eksekusi berjalan sesuai target, pemerintah telah membentuk Satuan Tugas Transisi Energi dan Ekonomi Hijau (Satgas TEH). Satgas ini bertugas mempercepat implementasi JETP termasuk mempersiapkan akselerasi JETP 2.0, agar pendanaan yang sudah disiapkan benar-benar mendukung pencapaian target iklim dalam NDC Indonesia.

Airlangga berharap seluruh pendanaan dapat segera disalurkan ke proyek-proyek konkret mengingat dokumen pendukung, termasuk keterlibatan lembaga pembiayaan seperti ADB, sudah tersedia.

JETP Tetap Berjalan Meski AS Mundur

JETP sendiri merupakan komitmen bersama yang diluncurkan pada KTT G20 Bali 2022, mempertemukan Indonesia dengan negara-negara maju dalam IPG. Meski AS telah menarik diri dari skema kemitraan ini, Airlangga menegaskan tidak ada dampak signifikan terhadap keberlanjutan pendanaan.

Kemitraan ini bersifat kolektif, dengan dukungan dari Jerman, Jepang, Denmark, Inggris, Italia, Kanada, Norwegia, Prancis, dan Uni Eropa.

Pada Jumat (5/12/2025), pemerintah juga menggelar rapat koordinasi terbaru bersama IPG, GFANZ, ADB, World Bank, GIZ, serta perwakilan negara mitra untuk memperbarui progres dan sinkronisasi pendanaan.

Editor : Farida Denura

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

Green Economy Insight Terbaru