Loading
Direktur Jenderal Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Rafael Grossi (Foto: Dok. Jakartadaily.id)
ATHENA, ARAHKITA.COM — Kepala Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Rafael Mariano Grossi, memperingatkan bahwa eskalasi konflik antara Iran, Amerika Serikat, dan Israel bisa mengancam eksistensi rezim non-proliferasi nuklir global yang telah dibangun selama lebih dari lima dekade.
Pernyataan ini disampaikan Grossi dalam pembukaan rapat Dewan Gubernur IAEA di Wina. Ia menyebut serangan terhadap situs-situs nuklir Iran sebagai lonceng peringatan bagi stabilitas dunia.
“Kita sedang menyaksikan konflik yang sangat serius di antara tiga negara anggota IAEA. Situs-situs nuklir Iran telah menjadi target serangan. Dampaknya tidak main-main—rezim non-proliferasi global bisa hancur," ujar Grossi.
Baca juga:
Mesir, Iran, dan AS Sepakat Lanjutkan Dialog Nuklir: Upaya Baru Jaga Stabilitas Timur TengahGrossi menekankan pentingnya diplomasi sebagai jalan keluar. Ia menyerukan semua pihak untuk kembali ke meja perundingan dan mengaktifkan kembali peran IAEA dalam inspeksi fasilitas nuklir Iran.
“Masih ada peluang untuk diplomasi. Jika tidak kita tempuh, kekerasan dan kehancuran yang lebih besar hanya tinggal menunggu waktu,” tambahnya.
Baca juga:
Ketegangan Iran-AS Bisa Runtuhkan Rezim Non-Proliferasi Nuklir, IAEA Ingatkan Bahaya GlobalGrossi menyatakan bahwa para inspektur IAEA saat ini masih berada di Iran dan siap menjalankan tugas pengawasan. Iran juga telah mengambil langkah perlindungan terhadap bahan dan peralatan nuklirnya, yang menurut Grossi, masih sesuai dengan protokol pengamanan yang berlaku.
Dalam laporannya, Grossi juga membenarkan bahwa serangan terhadap fasilitas nuklir Fordo menggunakan amunisi penghancur bunker, sebagaimana dikonfirmasi oleh pihak AS. Kerusakan serius diduga terjadi akibat ledakan yang berdampak pada sentrifugal, komponen vital dalam proses pengayaan uranium.
Ia juga menyebutkan bahwa bangunan tambahan di kompleks nuklir Isfahan mengalami kerusakan akibat serangan rudal jelajah. Sementara itu, fasilitas pengayaan di Natanz juga diserang dengan jenis senjata serupa.
Meski demikian, Iran telah melaporkan kepada IAEA bahwa tidak ada peningkatan tingkat radiasi di luar ketiga situs yang terkena dampak.
Situasi ini menjadi titik kritis bagi masa depan pengendalian senjata nuklir dunia. Jika jalur diplomatik gagal ditempuh, dunia bisa menghadapi era baru yang lebih berbahaya dalam sejarah senjata pemusnah massal dikutip dari Antara.