Selasa, 30 Desember 2025

Mesir, Iran, dan AS Sepakat Lanjutkan Dialog Nuklir: Upaya Baru Jaga Stabilitas Timur Tengah


 Mesir, Iran, dan AS Sepakat Lanjutkan Dialog Nuklir: Upaya Baru Jaga Stabilitas Timur Tengah Ilustrasi - Fasilitas nuklir Iran. /ANTARA/Anadolu/py/am

JAKARTA, ARAHKITA.COM – Langkah diplomatik baru kembali dibuka di kawasan Timur Tengah. Mesir, Iran, Amerika Serikat (AS), dan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) sepakat melanjutkan dialog serta pemantauan terhadap isu nuklir Iran. Kesepakatan ini diumumkan Sabtu (18/10/2025) oleh Kementerian Luar Negeri Mesir.

Menurut pernyataan resmi, Menteri Luar Negeri Mesir Badr Abdelatty melakukan pembicaraan terpisah dengan Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi, Utusan AS untuk Timur Tengah Steve Witkoff, dan Direktur Jenderal IAEA Rafael Grossi. Topik utama yang dibahas adalah mencari solusi konstruktif demi mencapai kemajuan dalam penyelesaian isu nuklir Iran yang telah berlarut-larut.

Langkah ini merupakan bagian dari upaya menjaga keamanan, stabilitas, dan menurunkan ketegangan di kawasan, serta untuk menindaklanjuti momentum positif setelah tercapainya Perjanjian Kairo antara Iran dan IAEA pada 9 September 2025. Perjanjian tersebut menandai pemulihan kerja sama yang sempat tertunda sejak Juni 2025, dengan Mesir bertindak sebagai mediator utama.

Dalam komunikasi itu, seluruh pihak menegaskan pentingnya membangun kembali kepercayaan dan dialog terbuka antara Teheran dan Washington. Tujuannya: menciptakan ruang untuk dimulainya kembali perundingan menuju kesepakatan komprehensif yang dapat menjamin kepentingan semua pihak serta memperkuat stabilitas regional.

Kementerian Luar Negeri Mesir menambahkan, keempat pihak sepakat untuk melanjutkan komunikasi intensif dan mengkaji berbagai ide baru yang bisa membuka jalan bagi terobosan diplomatik di masa mendatang.

Namun, langkah ini diambil di tengah situasi yang cukup sensitif. Beberapa jam sebelum konsultasi berlangsung, Kementerian Luar Negeri Iran mengumumkan bahwa Teheran tidak lagi terikat pada pembatasan yang ditetapkan oleh Resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor 2231, yang secara resmi berakhir pada 18 Oktober 2025.

Resolusi 2231, yang berlaku selama sepuluh tahun sejak 2015, menjadi dasar hukum bagi perjanjian nuklir antara Iran dan kelompok P5+1—yang terdiri dari AS, China, Rusia, Prancis, Jerman, dan Inggris. Kesepakatan itu membatasi aktivitas nuklir Iran dengan imbalan pencabutan sanksi ekonomi oleh Dewan Keamanan PBB.

Namun sejak AS menarik diri dari kesepakatan pada 2018, ketegangan meningkat. Bahkan pada 28 Agustus 2025, Prancis, Inggris, dan Jerman (E3) mengaktifkan kembali mekanisme snapback yang memungkinkan sanksi PBB diberlakukan lagi terhadap Iran, dengan alasan Teheran dianggap melanggar komitmen dilansir Antara.

Di sisi lain, Israel, AS, dan sejumlah negara Eropa terus menuduh Iran diam-diam mengembangkan senjata nuklir. Iran membantah tuduhan tersebut dan menegaskan bahwa program nuklirnya bersifat damai, berfokus pada pembangkit listrik dan riset sipil.

Langkah diplomasi terbaru yang digagas Mesir ini menunjukkan bahwa masih ada ruang harapan untuk dialog dan deeskalasi di kawasan yang selama ini sarat konflik. Apakah pertemuan lanjutan nanti bisa benar-benar membawa titik terang bagi isu nuklir Iran? Dunia kini menunggu hasilnya.

Editor : Farida Denura

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

Internasional Terbaru