Loading
Macron: Bantuan Udara ke Gaza Tidak Cukup, Israel Harus Buka Jalur Darat. (Antaranews)
JAKARTA, ARAHKITA.COM - Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan bahwa militer Prancis telah melakukan pengiriman bantuan kemanusiaan melalui udara ke Jalur Gaza tetapi hal itu dinilai tidak cukup untuk mengatasi kelaparan di Gaza.
Melalui unggahan di platform X (sebelumnya Twitter), Macron menegaskan bahwa Prancis telah mengirimkan bantuan makanan melalui udara di atas Gaza sebagai respons terhadap kondisi kemanusiaan yang mendesak. Ia juga mengapresiasi kerja sama dari Yordania, Uni Emirat Arab, dan Jerman, serta dedikasi militer Prancis dalam melaksanakan misi tersebut.
Meski demikian, Macron menilai bahwa pengiriman bantuan melalui udara memiliki keterbatasan dan tidak bisa menggantikan akses penuh terhadap jalur darat. Ia menuntut agar Israel segera memberikan akses kemanusiaan sepenuhnya ke Gaza, untuk mencegah risiko kelaparan yang semakin parah.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Noel Barrot mengatakan bahwa Prancis akan mulai mengirimkan bantuan kemanusiaan melalui udara kepada penduduk Jalur Gaza mulai Jumat.
"Sebanyak 40 ton pasokan bantuan darurat dikirimkan melalui empat penerbangan," tutur Barrot dilansir Antara.
Selain Prancis, pesawat-pesawat militer Jerman juga mengirimkan bantuan kemanusiaan pertama melalui udara bagi penduduk wilayah kantong Palestina tersebut, ungkap Kementerian Luar Negeri dan Pertahanan Jerman dalam sebuah pernyataan bersama.
Dua penerbangan pertama menjatuhkan 34 palet berisi hampir 14 ton makanan dan obat-obatan yang disumbangkan oleh Organisasi Amal Hashemite Yordania (JHCO), demikian bunyi pernyataan tersebut.
Namun, karena hanya sebagian kecil bantuan yang diperlukan yang dapat dikirimkan melalui udara dan operasinya sulit serta membutuhkan banyak pengalaman dan pengetahuan dari para profesional militer, Jerman kembali mendesak Israel untuk dapat segera memberikan bantuan kemanusiaan kepada penduduk Gaza, sebut pernyataan tersebut.
Sebelumnya pada 23 Juli, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan peningkatan tajam kematian akibat malnutrisi di Gaza, termasuk 21 kematian balita sejak awal tahun 2025.
Malnutrisi akut memengaruhi lebih dari 10 persen populasi, dan lebih dari 20 persen ibu hamil dan menyusui yang dites menderita malnutrisi yang seringkali telah mencapai kondisi parah, ujar Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus.
Dia memperingatkan bahwa krisis kelaparan semakin parah akibat penghentian pengiriman bantuan dan pembatasan akses.