Loading
Gelombang Protes “No Kings” Guncang AS. (The Guardian)
JAKARTA, ARAHKITA.COM - Gelombang protes besar-besaran melanda Amerika Serikat pada Sabtu, ketika jutaan warga di seluruh 50 negara bagian turun ke jalan dalam aksi bertajuk No Kings.
Gerakan ini menjadi simbol perlawanan terhadap pemerintahan Donald Trump yang dianggap semakin otoriter dan bertentangan dengan semangat demokrasi Amerika.
Aksi No Kings merupakan demonstrasi kedua dari koalisi pro-demokrasi yang sebelumnya turun ke jalan pada bulan Juni. Ribuan komunitas di berbagai kota besar dan kecil bersatu membawa pesan yang sama: Amerika Serikat tidak memiliki raja, dan kekuasaan tidak boleh terpusat pada satu orang.
Dari New York hingga San Francisco, dilaporkan The Guardian, para peserta membawa plakat, spanduk bertuliskan pembukaan konstitusi AS, serta mengenakan kostum tiup berbentuk katak dan hewan lain yang menjadi simbol protes damai. Suasana demonstrasi menggambarkan semangat perlawanan sekaligus kreativitas warga yang menolak kekerasan.
Di Chicago, massa memadati Butler Field di Grant Park. Chicago Tribune memperkirakan jumlah peserta mencapai 100.000 orang. Teriakan “Hands Off Chicago” menggema, merujuk pada penolakan terhadap rencana pengiriman Garda Nasional ke kota tersebut.
Ketika anggota DPR Illinois Jonathan Jackson naik ke panggung, kerumunan meneriakkan slogan keras menolak Trump. Wali Kota Chicago, Brandon Johnson, menegaskan bahwa warga tidak akan tunduk pada kekuasaan yang mengancam demokrasi.
Protes juga berlangsung di Washington DC dengan kehadiran lebih dari 200.000 orang di sekitar Gedung Capitol. Di Los Angeles, ratusan warga datang dengan kostum unik. Seorang peserta berusia 72 tahun, Ginny Eschbach, mengenakan kostum SpongeBob SquarePants sebagai bentuk perlawanan damai. Ia menilai pemerintahan Trump mengancam kebebasan berbicara dan hak berkumpul secara damai.
Di berbagai kota lain seperti Atlanta, Santa Fe, dan Portland, aksi berlangsung meriah namun tetap terkendali. Di Portland, polisi membantu memblokir jalan untuk para peserta, meski terjadi ketegangan di luar fasilitas imigrasi federal. Di Santa Fe, peserta berpakaian seperti lobster dan ayam menambahkan nuansa satir terhadap situasi politik yang dianggap absurd.
Protes ini juga menarik perhatian tokoh politik nasional. Senator Bernie Sanders, Chuck Schumer, dan Chris Murphy hadir dalam aksi tersebut. Sanders menyebut jutaan warga yang turun ke jalan bukan karena membenci Amerika, melainkan karena mencintainya dan ingin mempertahankan demokrasi.
Trump sendiri menanggapi protes itu dengan mengatakan bahwa dirinya bukan “raja”, meski para pengunjuk rasa menilai langkah-langkahnya selama ini menunjukkan arah pemerintahan otoriter. Pendukung Trump menggambarkan aksi No Kings sebagai gerakan anti-Amerika, namun para penyelenggara menegaskan bahwa aksi ini sepenuhnya damai dan konstitusional.
Koalisi No Kings, yang terdiri dari lebih dari 200 organisasi termasuk Public Citizen dan Indivisible, menegaskan bahwa protes ini adalah bentuk perlawanan terhadap pemerintahan yang melanggar hukum dan melemahkan lembaga demokrasi. “Presiden ingin rakyat takut, tapi kami tidak akan diintimidasi,” kata Lisa Gilbert dari Public Citizen.
Aksi No Kings pada Oktober ini kembali menjadi salah satu demonstrasi terbesar dalam sejarah modern AS. Harvard Crowd Counting Consortium memperkirakan jumlah peserta antara dua hingga hampir lima juta orang, menjadikannya mobilisasi rakyat terbesar kedua sejak Women’s March pada 2017.