Rabu, 31 Desember 2025

Polisi Prancis Yakin Pencuri Louvre Bisa Ditangkap, tapi Permata Mahkota Sulit Ditemukan


 Polisi Prancis Yakin Pencuri Louvre Bisa Ditangkap, tapi Permata Mahkota Sulit Ditemukan Para Ahli Sebut Permata Mahkota Bakal Sulit Ditemukan. (Royal Center)

PARIS, ARAHKITA.COM - Polisi Prancis tengah memburu para pelaku pencurian permata mahkota dari Museum Louvre, Paris, dalam salah satu perburuan terbesar yang pernah terjadi di negara itu. Namun, para ahli menilai kecil kemungkinan artefak bersejarah tersebut bisa ditemukan kembali dalam kondisi utuh.

Pihak berwenang dan para pakar kejahatan seni mengatakan bahwa meskipun penyelidik yakin dapat menangkap pelaku, pemulihan permata jauh lebih sulit. Christopher Marinello, pendiri Art Recovery International, menilai peluangnya nyaris mustahil. Ia menyebut begitu permata dipecah menjadi potongan-potongan kecil, artefak itu pada dasarnya hilang selamanya.

“Setelah permata itu dipotong menjadi batu yang lebih kecil, urusannya selesai. Kita tidak akan pernah melihatnya utuh lagi,” ujarnya dilansir CNA dari Reuters.

Pencurian yang terjadi pada Minggu malam di museum paling terkenal di dunia itu memicu kemarahan publik dan disebut sebagai penghinaan nasional. Kasus ini juga membuka kembali perdebatan soal lemahnya keamanan di lembaga budaya atau museum-museum Prancis.

Penyelidik seni Arthur Brand menilai perampokan ini menjadi bukti adanya celah besar dalam sistem keamanan. “Jika seseorang bisa menembus Louvre dan membawa kabur permata mahkota Prancis, ada yang salah dengan sistemnya,” kata Brand.

Pihak Louvre sebelumnya telah menyuarakan kekhawatiran soal keterbatasan anggaran keamanan. Dalam dua bulan terakhir, sedikitnya empat museum di Prancis juga melaporkan kasus pencurian serupa.

Unit polisi khusus BRB, yang pernah menangani kasus perampokan perhiasan Kim Kardashian pada 2016, kini memimpin penyelidikan. Tim ini tengah menelusuri rekaman pengawasan dan mengaktifkan jaringan informan untuk memburu pelaku.

Menurut para ahli, hanya geng kriminal profesional yang mampu melancarkan aksi seperti ini. Permata yang dicuri diyakini sudah dipecah menjadi batu kecil atau dilebur, lalu dijual di pusat perdagangan berlian seperti Antwerpen, Belgia.

“Ini perlombaan dengan waktu,” ujar Brand.

“Kelompok ini tahu mereka hanya punya waktu lima atau enam menit sebelum polisi tiba. Setelah itu, mereka lenyap.”

Kasus Louvre menambah daftar panjang pencurian museum di Eropa. Para pakar memperingatkan bahwa pemotongan anggaran di sektor kebudayaan telah membuat museum semakin rentan terhadap aksi kriminal.

“Jika Anda memiliki koleksi perhiasan atau emas, Anda harus waspada,” kata Marinello.

Ia menambahkan bahwa sistem keamanan museum sebaiknya difokuskan pada cara memperlambat pencuri — dengan menambah penghalang dan sistem penundaan waktu — daripada mengandalkan perlindungan total yang sulit diwujudkan.

Seorang direktur museum di Finlandia menyebut bahwa krisis ekonomi membuat banyak lembaga budaya tak mampu berinvestasi dalam teknologi keamanan modern. “Pengetatan anggaran sehari-hari bukan dasar yang kuat untuk mencegah ancaman pencurian,” ujarnya.

Editor : Lintang Rowe

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

Internasional Terbaru