Selasa, 30 Desember 2025

Kekerasan Seksual Masih Mengintai: WHO Sebut Hampir 1 dari 3 Perempuan Jadi Korban


 Kekerasan Seksual Masih Mengintai: WHO Sebut Hampir 1 dari 3 Perempuan Jadi Korban Ilustrasi - WHO mengungkap hampir 1 dari 3 perempuan di dunia mengalami kekerasan seksual atau kekerasan dari pasangan. (Net)

JENEWA, ARAHKITA.COM — Laporan terbaru Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kembali mengungkap kenyataan pahit: hampir satu dari tiga perempuan di dunia pernah mengalami kekerasan seksual atau kekerasan dari pasangan mereka. Angkanya mencapai sekitar 840 juta perempuan, dan yang mengkhawatirkan, jumlah ini tidak menunjukkan penurunan sejak tahun 2000.

Menurut data yang disampaikan WHO pada Rabu (19/11/2025), situasi ini menggambarkan ancaman kekerasan yang masih sangat nyata dan merata di berbagai negara.Kasus Masih Tinggi, Termasuk pada Remaja

Dalam 12 bulan terakhir, WHO mencatat 316 juta perempuan menjadi korban kekerasan fisik atau seksual oleh pasangan intim. Dari jumlah tersebut, 12,5 juta merupakan remaja perempuan berusia 15–19 tahun. Angka ini memperlihatkan bahwa kekerasan tidak hanya menimpa perempuan dewasa, tetapi juga generasi muda yang seharusnya berada dalam masa tumbuh kembang aman.

Selain itu, WHO menyebutkan bahwa ada 263 juta perempuan berusia di atas 15 tahun yang mengalami kekerasan seksual di luar hubungan pasangan. Para ahli menilai jumlah ini kemungkinan jauh lebih tinggi karena banyak kasus yang tidak dilaporkan akibat stigma, rasa malu, hingga ancaman dari pelaku.

Perempuan di Wilayah Rentan Paling Berisiko

Perempuan yang tinggal di kawasan yang tertinggal, berada dalam konflik, atau terdampak perubahan iklim disebut sebagai kelompok paling rentan. Kondisi sosial-ekonomi yang sulit membuat mereka memiliki akses terbatas pada perlindungan dan layanan pendampingan.

Pendanaan Program Perlindungan Menurun

Hal lain yang menjadi sorotan WHO adalah menurunnya pendanaan program pencegahan kekerasan terhadap perempuan. Padahal, menurut para ahli, berbagai bukti menunjukkan bahwa program intervensi, edukasi, hingga penguatan komunitas terbukti efektif dalam menekan angka kekerasan.

Di saat yang sama, munculnya krisis kemanusiaan baru, perkembangan teknologi digital yang rentan disalahgunakan, serta meningkatnya kesenjangan sosial ekonomi membuat perempuan dan anak perempuan menghadapi risiko kekerasan yang semakin besar.

Editor : Farida Denura

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

Internasional Terbaru