Loading
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. (Net)
JAKARTA, ARAHKITA.COM -Desakan internasional agar Israel tidak menyerang Rafah, tak diindahkan. Israel tetap akan melanjutkan serangan dan menolak melakukan gencatan senjata seperti disyaratkan Hamas.
Sebelumnya kepala biro politik Hamas,Ismail Haniyeh, menekankan bahwa mereka tidak akan melakukan kesepakatan apa pun kecuali jika Israel setuju melakukan gencatan senjata. Israel menolak keras persyaratan tersebut. Hamas juga meminta penyediaan tempat penampungan yang aman dan layak bagi para pengungsi akibat kejahatan pendudukan.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak persyaratan yang diajukan Hamas dan menatakan bahwa tuntutan Hamas tidak masuk akal.
Baca juga:
Indonesia Tegas: Pemerintah Tolak Visa Atlet Senam Israel untuk Kejuaraan Dunia di Jakarta"Mereka ingin mencapai satu tujuan, yakni kekalahan Israel. Jelas kami tidak akan menyetujuinya. Jika Hamas membatalkan tuntutan ini, barulah kami akan bisa melanjutkannya," ujar Netanyahu, Sabtu (17/2) seperti dikutip Antara.
"Kami mempunyai kekuatan yang cukup untuk menghancurkan kekuatan Hamas di Gaza dan kami harus menghancurkan sebagian besar brigade mereka. Kami telah membuat kemajuan besar dalam hal ini," lanjut Netanyahu.
Pada Selasa (13/2), perundingan mengenai usulan kesepakatan pertukaran sandera baru diadakan di Kairo, namun tidak ada kemajuan.
Meski ada peringatan regional dan internasional terhadap invasi Israel ke Rafah, Netanyahu mengatakan, "Mereka yang ingin mencegah kami melancarkan operasi militer di Rafah ingin kami kalah dalam perang ini, saya tidak akan membiarkan hal itu."
Dia mengeklaim bahwa ada banyak ruang untuk evakuasi warga sipil di wilayah Rafah, sehingga Israel dapat melakukan serangan militer.
Sebelumnya pada Sabtu, Channel 12 Israel melaporkan bahwa Netanyahu akan menyampaikan pada pemerintahnya rencana pekan depan untuk serangan militer terhadap Rafah.
Israel mengumumkan niatnya untuk menyerang Rafah di wilayah selatan yang padat penduduknya, setelah secara paksa mengevakuasi penduduk di utara dan mengarahkan mereka ke selatan, mengklaim bahwa itu adalah daerah yang aman.
Peringatan regional dan internasional meningkat sehubungan dengan pemboman Israel terhadap Rafah dengan persiapan untuk menyerang Rafah secara langsung, dan bahaya yang ditimbulkan terhadap ratusan ribu pengungsi yang mencari perlindungan di sana sebagai tempat perlindungan paling selatan di Jalur Gaza.
Mengenai negosiasi dengan Palestina, Netanyahu mengatakan, "Israel tidak akan menyerah pada perintah internasional mengenai penyelesaian masa depan dengan Palestina."
"Di bawah kepemimpinan saya, Israel akan melanjutkan perlawanan kuatnya terhadap pengakuan sepihak atas negara Palestina," tambahnya.
Mengacu pada protes populer yang sedang berlangsung di beberapa kota di Israel sejak perang dimulai, menuntut pengunduran diri pemerintah, Netanyahu menyatakan penolakannya untuk mengadakan pemilu selama konflik.
"Hal terakhir yang dibutuhkan Israel saat ini adalah mengadakan pemilu."
Warga Israel melakukan demonstrasi setiap hari untuk menuntut pengunduran diri pemerintahan Netanyahu dan pembebasan para sandera. Protes diselenggarakan setiap Sabtu di seluruh negeri.