Loading
Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara Prof Tjandra Yoga Aditama. (Foto: Dok. Pribadi)
Oleh: Prof. Tjandra Yoga Aditama
Direktur Pascasarjana Universitas YARSI / Adjunct Professor Griffith University
Ketua Majelis Kehormatan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI)
Jurnal ilmiah internasional The Lancet Global Health baru saja mempublikasikan hasil penelitian besar yang menyoroti pentingnya skrining dan terapi pencegahan tuberkulosis (TB).
Penelitian yang didukung Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) ini dilakukan di Brasil, Georgia, Kenya, dan Afrika Selatan. Walau studi tersebut tidak melibatkan Indonesia, hasilnya sangat relevan bagi kita. Sebab, pengendalian TB termasuk program prioritas nasional dalam Asta Cita Presiden dan Wakil Presiden.
Skrining dan Pencegahan, Dua Langkah Efektif Menekan Kasus TB
Hasil riset menunjukkan bahwa kombinasi skrining dan pengobatan pencegahan TB dapat menurunkan angka kejadian TB baru hingga:
Sebaliknya, jika hanya dilakukan pengobatan pencegahan tanpa skrining, dampaknya hanya sekitar sepertiga dari hasil tersebut. Ini berarti kedua strategi harus dijalankan bersamaan agar hasilnya maksimal.
Dampak Ekonomi: Investasi Kecil, Manfaat Besar
Dari sisi ekonomi, penelitian ini memperlihatkan bahwa investasi di bidang skrining dan pencegahan TB sangat menguntungkan.Dalam kurun 2024–2050, setiap 1 dolar AS yang diinvestasikan untuk meningkatkan skrining dan pencegahan TB akan memberikan manfaat sosial (social return) senilai:
Temuan ini menegaskan bahwa kesehatan dan ekonomi berjalan seiring. Upaya pencegahan bukan hanya menyelamatkan nyawa, tapi juga menguntungkan negara secara finansial.
Mengenal Lebih Dekat Skrining dan Pengobatan Pencegahan TB
Skrining TB mencakup berbagai cara untuk menemukan kasus sejak dini, mulai dari:
Tiga manfaat utama dari skrining adalah:
Sementara itu, pengobatan pencegahan TB ditujukan bagi mereka yang memiliki tuberkulosis laten — yakni individu yang sudah terinfeksi kuman TB namun belum menunjukkan gejala. Dengan terapi pencegahan, infeksi tersebut tidak berkembang menjadi penyakit aktif.
Langkah ke Depan: Fokus Menuju Indonesia Bebas TB
Berbekal bukti ilmiah dari berbagai studi internasional, sudah saatnya Indonesia memperkuat dua aspek utama dalam pengendalian TB: skrining dan pencegahan.Keduanya menjadi fondasi penting jika kita ingin mencapai target eliminasi TB pada tahun 2030.
Dengan kebijakan berbasis bukti (evidence-based public policy), dukungan lintas sektor, dan kesadaran masyarakat, Indonesia bisa menekan kasus TB sekaligus memperkuat sistem kesehatan nasional.