Selasa, 30 Desember 2025

Forum Teologi Asia 2025: PMKRI Tekankan Krisis Lingkungan dan Perjuangan Masyarakat Adat


  • Selasa, 26 Agustus 2025 | 16:30
  • | News
 Forum Teologi Asia 2025: PMKRI Tekankan Krisis Lingkungan dan Perjuangan Masyarakat Adat PMKRI hadir dalam Asian Youth Academy (AYA) – Asian Theology Forum (ATF) 2025 yang berlangsung selama 11 hari di Taman Eden 2, Yogyakarta yang berlangsung dari 16 - 26 Agustus 2025. (Foto: Istimewa)

YOGYAKARTA, ARAHKITA.COM – Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PP PMKRI) kembali menunjukkan peran aktifnya di kancah internasional. Lewat Presidium Hubungan Luar Negeri, Ferdinandus Wali Ate, organisasi mahasiswa ini membawa suara penting tentang krisis lingkungan, intoleransi, dan perlindungan hak masyarakat adat dalam ajang Asian Youth Academy (AYA) – Asian Theology Forum (ATF) 2025 yang berlangsung selama 11 hari di Taman Eden 2, Yogyakarta yang berlangsung dari 16 - 26 Agustus 2025.

Forum teologi internasional ini diikuti oleh peserta dari berbagai negara Asia, termasuk Korea Selatan, Vietnam, Laos, Malaysia, Sri Lanka, Filipina, India, Myanmar, Nepal, Bangladesh, hingga Jerman dan Indonesia. Pertemuan lintas bangsa ini menjadi ruang dialog yang mempertemukan gagasan iman, budaya, dan kepedulian pada isu kemanusiaan.

“Partisipasi PMKRI bukan sekadar hadir, melainkan mengajak generasi muda Asia untuk melihat bahwa isu lingkungan dan keberagaman adalah masalah global, bukan hanya lokal,” tegas Ferdinandus.

Menyoroti Krisis Lingkungan di Indonesia

Dalam sesi diskusi, PMKRI menyoroti data terbaru kondisi lingkungan di tanah air. Berdasarkan laporan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) 2024:

Deforestasi masih terjadi dengan angka mencapai 104 ribu hektare per tahun, terutama di Papua dan Kalimantan.

Raja Ampat, ikon wisata dunia, kini terancam aktivitas ilegal seperti pengeboman ikan dan limbah pariwisata.

Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) 2024 tercatat di angka 67,45, menunjukkan perlunya percepatan mitigasi perubahan iklim.

“Jika Raja Ampat rusak, yang hilang bukan hanya ekosistem laut, tapi juga identitas bangsa,” ungkap Ferdinandus.

Toleransi dan Hak Masyarakat Adat

Selain isu ekologi, PMKRI juga menekankan pentingnya menjaga toleransi antarumat beragama dan memperjuangkan hak masyarakat adat. Catatan Komnas HAM 2024 mencatat setidaknya 127 kasus konflik agraria yang sebagian besar melibatkan komunitas adat.

“Masyarakat adat adalah benteng terakhir penjaga hutan dan laut. Mengabaikan mereka berarti menghancurkan masa depan kita sendiri,” ujar Ferdinandus menambahkan.

Arah Kolaborasi dan Harapan Baru

Forum AYA–ATF tidak berhenti pada diskusi, melainkan melahirkan komitmen nyata. Para peserta sepakat untuk memperkuat kerja sama lintas iman dan lintas negara melalui:

Edukasi lingkungan berbasis komunitas,

Advokasi kebijakan ramah lingkungan,

Pemberdayaan pemuda lintas agama di Asia.

“Kami ingin agar suara pemuda Asia tidak hanya terdengar di forum, tetapi berubah menjadi gerakan bersama yang menjaga bumi sekaligus memuliakan martabat manusia,” tutup Ferdinandus.

Editor : Farida Denura
Penulis : Ferdinandus Ate

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

News Terbaru