Selasa, 30 Desember 2025

Lima Hal Krusial Pelayanan Rumah Sakit Pasca Banjir, Dampaknya Bisa Bertahan hingga 200 Hari


  • Sabtu, 13 Desember 2025 | 18:30
  • | News
 Lima Hal Krusial Pelayanan Rumah Sakit Pasca Banjir, Dampaknya Bisa Bertahan hingga 200 Hari Ilustrasi - RSUD Aceh Tamiang, Aceh. (Popularitas)

JAKARTA, ARAHKITA.COM — Pelayanan rumah sakit di wilayah terdampak banjir tidak hanya menghadapi tantangan dalam hitungan hari, tetapi dapat berlangsung hingga berbulan-bulan setelah bencana terjadi. Hal ini disampaikan Prof. Tjandra Yoga Aditama, pakar kesehatan masyarakat dan mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara, merujuk pada temuan ilmiah terbaru terkait dampak banjir terhadap sistem kesehatan.

Prof. Tjandra menyampaikan, berdasarkan artikel ilmiah jurnal internasional Nature berjudul “Hospitalization Risks Associated with Floods in a Multi-Country Study”, lonjakan kebutuhan pelayanan rumah sakit pasca banjir dapat berlangsung hingga sekitar 210 hari. Artinya, rumah sakit perlu menyiapkan strategi jangka menengah hingga panjang, bukan sekadar respons darurat di awal bencana.

Ia mencontohkan, mulai 10 Desember 2025 Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Tamiang Aceh kembali beroperasi, diikuti sejumlah rumah sakit lain di wilayah terdampak banjir. Namun, pemulihan operasional tersebut harus dibarengi dengan perencanaan pelayanan lanjutan yang matang.

Menurut Prof. Tjandra, terdapat lima hal utama yang perlu menjadi perhatian dalam pelayanan rumah sakit pasca banjir.

Pertama, peningkatan jumlah pasien pasca banjir terjadi dalam waktu yang cukup panjang. Lonjakan kasus tidak berhenti setelah air surut, melainkan dapat terus terjadi hingga enam sampai tujuh bulan kemudian.

Kedua, lamanya dampak banjir terhadap layanan rumah sakit berkaitan dengan tiga aspek utama, yakni ketersediaan sumber daya rumah sakit, penataan sistem pelayanan kesehatan, serta munculnya beban ganda. Rumah sakit tidak hanya menangani penyakit akibat banjir, tetapi juga tetap harus melayani penyakit yang lazim terjadi di masyarakat sehari-hari.

Ketiga, penelitian tersebut mengidentifikasi sedikitnya sepuluh kelompok penyakit yang umum muncul pasca banjir. Di antaranya penyakit kardiovaskular, gangguan paru dan pernapasan, penyakit infeksi, gangguan saluran cerna, masalah kesehatan mental, diabetes, cedera, kanker, gangguan sistem saraf, hingga penyakit ginjal.

Keempat, terdapat enam faktor yang memengaruhi kualitas pelayanan rumah sakit setelah banjir besar. Faktor tersebut meliputi kondisi cuaca, tingkat keparahan banjir, struktur usia korban, kepadatan penduduk, serta status sosial ekonomi masyarakat terdampak. Seluruh faktor ini perlu menjadi bahan kajian sejak awal untuk menjaga ketahanan layanan kesehatan di masa pemulihan.

Kelima, ketersediaan dan pengelolaan tenaga kesehatan menjadi aspek krusial. Prof. Tjandra menegaskan, pengalaman penanganan bencana besar seperti Tsunami Aceh menunjukkan bahwa manajemen sumber daya manusia dan logistik kesehatan harus dikelola secara terkoordinasi. Tim manajemen krisis kesehatan di lapangan berperan penting dalam mengatur berbagai sumber daya, termasuk bantuan dari dalam dan luar negeri.

Ia mengingat kembali pengalamannya saat Tsunami Aceh, ketika tim medis dari berbagai negara bekerja bersama di RS Zainoel Abidin Banda Aceh, setelah kawasan rumah sakit berhasil dibersihkan dari lumpur setinggi lebih dari satu meter.

Prof. Tjandra menekankan, masa pasca banjir merupakan periode sulit yang akan jauh lebih mudah ditangani jika dipersiapkan dengan cermat sejak awal. Ketahanan layanan rumah sakit menjadi kunci agar dampak kesehatan masyarakat dapat ditekan secara optimal dalam jangka panjang.

Editor : Farida Denura

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

News Terbaru