Selasa, 30 Desember 2025

Dari Berbagai Bangsa Menuju Satu Kemanusiaan: Menghidupkan Semangat United in Diversity


 Dari Berbagai Bangsa Menuju Satu Kemanusiaan: Menghidupkan Semangat United in Diversity Ilustrasi - Dari berbagai bangsa menuju satu kemanusiaan. (Foto: diversityresources.com)

GLOBAL HARMONY | UNITED IN DIVERSITY

DALAM dunia yang semakin terhubung namun sekaligus terfragmentasi, semangat solidaritas lintas bangsa muncul sebagai nafas baru bagi kemanusiaan. Dari kota-kota besar hingga desa terpencil, dari relawan antar-negara hingga komunitas pemuda lintas benua — sebuah gerakan kecil namun bermakna mulai menanggalkan batas-batas dan memilih bersatu dalam nilai kemanusiaan.

Dunia yang Terkoneksi, tapi Masih Terpecah

Globalisasi mengikis jarak geografis dan budaya, namun tidak otomatis menghapus jurang perbedaan: identitas, agama, etnis, dan bahasa masih menjadi tantangan nyata. Dalam konteks ini, istilah “lintas bangsa” tidak hanya makna formal, melainkan tindakan nyata: menjembatani yang berbeda bukan untuk menyeragamkan, melainkan untuk menghormati dan bekerja bersama.

Sebagaimana ditegaskan oleh Sekretaris-Jenderal United Nations:“Our future rests on solidarity. We must repair broken trust. We must reinvigorate our multilateral project. And we must uphold dignity for one…” 

Kutipan ini menggugah: masa depan bersama tidak bisa hanya dibahas secara retoris—ia butuh tindakan nyata solidaritas antarbangsa.

Menemukan Harapan di Tengah Keberagaman

Gerakan-gerakan sosial menunjukkan bahwa keberagaman bukan hambatan tetapi kekayaan. Penelitian terbaru menemukan bahwa partisipasi dalam inisiatif lintas-kelompok (cross-group solidarity initiatives) berbanding lurus dengan niat untuk mengambil aksi kolektif — baik oleh masyarakat setempat maupun oleh komunitas yang berpindah (displaced persons). 

Contoh konkretnya: dalam suatu studi ditemukan bahwa “partisipasi dalam CSI … berhubungan dengan lebih banyak kontak pertemanan lintas-kelompok dan intensi aksi kolektif.” 

Demikian pula, konsep kuno dari India: Vasudhaiva Kutumbakam — “Dunia adalah satu keluarga”. 

Nilai ini merangkum filosofi soliditas lintas bangsa: bahwa kita bukan sekadar warga negara-negara berbeda, tetapi satu kemanusiaan bersama.

Jembatan, bukan Tembok

Solidaritas lintas bangsa berarti menjadi jembatan, bukan membangun tembok. Ia hadir dalam berbagai bentuk: melalui kolaborasi seni antarbudaya, proyek sosial bersama, hingga bantuan kemanusiaan lintas negara. Sebagaimana dikatakan dalam kutipan:

If you are united in crisis, then you must be united in our solutions.” — Jerome Foster II.  Maknanya jelas: ketika krisis tidak mengenal batas negara, maka respons kita pun harus lintas batas.

Sebuah penelitian tentang gerakan sosial menegaskan bahwa solidaritas internasional (transnational solidarity) mengambil bentuk nyata ketika organisasi lokal, nasional dan internasional terhubung dan saling berbagi sumber daya serta strategi. 

Contoh kegiatan nyata: dalam tragedi stadion “Kanjuruhan Tragedy” di Indonesia, dukungan datang dari komunitas sepak-bola internasional yang menunjukkan bahwa solidaritas bisa melewati persaingan dan rivalitas. 

Kenapa Semangat “United in Diversity” Penting Sekarang?

  • Karena perbedaan—agama, suku, bahasa, kebangsaan—masih menjadi pemicu konflik dan eksklusi.
  • Karena tantangan global seperti perubahan iklim, pandemi, krisis kemanusiaan, tidak bisa diselesaikan oleh satu negara saja. Solidaritas lintas bangsa adalah kunci.
  • Karena kreativitas dan kolaborasi antarbangsa dapat menghasilkan solusi baru yang inklusif dan berkelanjutan.

Bagaimana Kita Bisa Ikut Bergerak?

  • Jadilah “pendengar” yang aktif — buka ruang dialog antar-budaya, antar-komunitas.
  • Jadilah “penjembat” — di komunitasmu, bangun program lintas bangsa atau lintas budaya, seperti pertukaran pelajar, komunitas relawan dari berbagai negara, kampanye online global.
  • Jadilah “aktor kolektif” — bukan hanya merasa peduli, tetapi ikut dalam aksi bersama: kampanye global, donasi, advokasi yang menyatukan kemanusiaan, bukan memisahkan.

Dari berbagai bangsa menuju satu kemanusiaan: itu bukan mimpi yang terlalu tinggi, tetapi panggilan nyata hari ini. Ketika kita memilih solidaritas daripada isolasi, ketika kita memilih jembatan daripada tembok, maka keberagaman tidak lagi menjadi beban — melainkan kekuatan. Kamu—ya, Anda yang membaca ini—bisa menjadi bagian kecil namun bermakna dari jaringan besar kemanusiaan ini.

Editor : Farida Denura

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

Global Harmony Terbaru